Jumat, 13 Juli 2012

Karezza, Hubungan Intim yang Tidak Butuh Orgasme

img
(Foto: Thinkstock)

Jakarta, Umumnya orang bercinta agar dapat mencapai orgasme, sebab ketika orgasme, otak melepaskan sejumlah besar hormon yang menimbulkan sensasi menyenangkan.

Namun, ada juga pasangan yang menjalani hubungan seks tanpa orgasme dengan sengaja melalui teknik Karezza. Konon, metode ini dapat menambah keintiman.

Banyak pasangan menganggap seks sebagai penyelamat pernikahan, obat kecanduan pornografi dan bahkan mengobati disfungsi seksual.

Hingga pada tahun 1896, Dr Alice Bunker Stockham, seorang dokter kandungan di Chicago menciptakan teknik karezza.

Stockham menciptakan teknik agar laki-laki menahan orgasme, namun dia juga mendorong wanita melakukan hal yang sama dengan alasan kesetaraan.

Karezza, berasal dari istilah Italia 'Carezza' yang berarti belaian. Hubungan seks Karezza adalah jenis hubungan yang tidak mencari orgasme dan menekankan pada belaian kasih sayang antar pasangan.

Teknik seks non-orgasmik ini mulai dilihat sebagai alternatif alami untuk mengganti viagra, mengobati disfungsi seksual serta dorongan seks wanita yang rendah.

Deb Feintech, konselor pernikahan dari Portland, Maine, mengaku bahwa dia sering menggunakan Karezza sebagai cara untuk memulihkan hubungan kliennya yang rusak.

"Kebanyakan yang paling tertarik adalah laki-laki. Metode ini sangat radikal, tetapi mereka menemukan keintiman emosional yang jauh melampaui sensasi dan perasaan yang pernah ada dalam pernikahannya," kata Feintech seperti dilansir ABC News, Jumat (13/7/2012).

Feintech menambahkan, praktik Karezza tidak hanya membantu pasangan tua yang sedang bosan dengan pernikahannya, tapi juga membantu pasangan muda yang baru saja mengikat janji pernikahan. Pada pasangan muda, biasanya metode ini ditawarkan untuk dicoba selama 1 bulan atau lebih.

Menurut Marnia Robinson, penulis buku 'Cupid's Poisoned Arrow', kekuatan Karezza ada hubungannya dengan peningkatan aktifitas saraf dan hormon ketika orgasme yang membuat orang mabuk biokimia.

Namun rangsangan berlebihan dapat menurunkan sensitifitas otak terhadap seks atau membuat orang justru memiliki dorongan seks yang berlebihan.

Para ilmuwan meneliti hubungan antara perilaku seksual, neurokimia dan keharmonisan dalam hubungan. Hasilnya menemukan bahwa aktivitas di 80 daerah otak yang berbeda mencapai tingkat maksimum selama orgasme.

Agar aktivitas otak ini dapat kembali normal, dibutuhkan waktu 15 hari. Pada masa ini dapat menyebabkan perubahan mood yang drastis.

"Dalam siklus gairah orgasme, kadar hormon dopamin mengalami kenaikan ketika berhubungan seks dan kemudian menurun drastis setelah orgasme. Akibatnya, muncullah sensasi seperti mabuk," kata Robinson.

Penekanan Karezza adalah pada kasih sayang dan praktiknya mudah seperti seks biasa. Jika ketika bercinta merasakan keinginan untuk orgasme, maka pasangan melakukan relaksasi lebih dalam dan bernapas lebih lama. Pernapasan yang menenangkan ini akan melawan ketegangan otot dan dorongan napas yang memicu orgasme.

Meskipun demikian, Karezza jangan dipraktikkan terlalu lama. Metode ini kebanyakan digunakan untuk meningkatkan keintiman pasangan dan membenahi hubungan pernikahan yang sedikit terganggu.

"Ini seperti mendaki Gunung Everest setinggi 10.000 kaki tapi tak pernah meraih puncak. Tidak ada yang ingin terus-terusan seperti itu," kata Darryl Keil (56 tahun) yang telah mempraktikkan Karezza selama 8 tahun.





Sumber : http://health.detik.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar