Minggu, 10 Juni 2012

Dibanding Etnis Lain, Harga Sel Telur Wanita Asia Paling Mahal


img
ilustrasi (foto: Thinkstock)
Jakarta, Sesuai hukum permintaan, harga yang tinggi menunjukkan bahwa permintaan yang tinggi tidak sepadan dengan jumlah persediaan. Hal serupa terjadi pada sel telur wanita etnis Asia. Banyaknya permintaan dari pasangan Asia untuk mendapat momongan tak sepadan dengan jumlah sel telur yang ada dari para pendonor.

Di Amerika Serikat, harga sel telur wanita Asia saat ini bisa mencapai sekitar US$ 10.000 - US$ 20.000 atau sekitar Rp 91,7 juta - Rp 183,5 juta. Sedangkan harga sel telur dari wanita etnis lain hanya sekitar US$ 6.000 atau sekitar Rp 55 juta rupiah.

Tingginya harga yang dibayarkan ini mencerminkan sedikitnya donor yang bersedia menyumbangkan telur kepada pasangan Asia yang tidak subur dan ingin punya momongan. Hukum federal di AS melarang penjualan organ manusia, tetapi menjual telur masih diperbolehkan secara hukum.

Meskipun demikian, klinik kesuburan sangat berhati-hati dalam memilih kata. Mereka mengatakan tidak membayar untuk membeli telur, tetapi untuk kompensasi atas rasa nyeri, waktu dan ketidaknyamanan yang dialami pendonor.

"Fakta bahwa sel telur wanita dihargai senilai tertentu tergantung pada ras dan kelasnya benar-benar salah satu contoh pelik bagaimana kapitalisme telah memasuki pasar tubuh manusia," kata Laurie Zoloth, dosen bioetis di Northwestern University seperti dilansir Los Angeles Times, Senin (7/5/2012).

Linda Kline, mahasiswi fakultas bisnis San Diego Mesa College mengaku telah mendonorkan telurnya 3 kali. Kline adalah keturunan Cina - Vietnam dan telah mendapat total kompensasi sebanyak US$ 26.000 atau sekitar Rp 238,5 juta dari agen bernama Baby Miracles in San Marcos, California.

"Mereka memberitahu saya bahwa mereka telah menggandakan kompensasi untuk pendonor Asia karena sangat banyak dicari. Donor dari Asia sangat sulit ditemukan," kata Kline.

Roxanne Sarro, direktur Baby Miracles menegaskan bahwa pendonor sel telur dari Asia bisa mendapat kompensasi yang sangat tinggi jika kualitasnya baik. Misalnya sang pendonor sangat cerdas dengan gelar dalam matematika.

Donor telur Asia yang terbukti subur saat sumbangan telur pertamanya biasanya mampu mendapat kompensasi yang lebih besar saat menyumbangkan telurnya untuk yang kedua kali dan seterusnya. Sedangkan pendonor biasa kebanyakan justru mendapat uang yang jumlahnya semakin sedikit.

"Tidak ada regulasi dalam harga sel telur manusia sehingga bukan hal yang ilegal jika membayar lebih tinggi tergantung pada etnis, tempat sekolah dan nilai akademiknya. Telur sendiri diperlakukan seperti komoditas, mereka yang lebih berharga menerima kompensasi yang lebih tinggi," kata Lisa Ikemoto, seorang profesor hukum di University of California Davis.

American Society for Reproductive Medicine, sebuah organisasi nirlaba yang membuat rekomendasi bagi industri kesuburan, telah menetapkan pedoman yang menegaskan bahwa pendonor tidak harus diberi kompensasi ekstra atas karakteristik tertentu. Namun kompensasi diberikan secara sukarela. Sayangnya, pedoman tersebut tidak diikuti.

Permintaan telur yang tak kalah tinggi berasal dari pasangan Yahudi. Banyak pasangan Yahudi yang menunda punya anak untuk melanjutkan pendidikan atau mengejar karir. Menurut laporan dari United Jewish Communities, 50% wanita Yahudi Amerika memiliki gelar sarjana dan 21% telah memiliki gelar pascasarjana. Mereka cenderung menunda untuk menikah dan memiliki tingkat kesuburan yang rendah.

Operator Clinic mengatakan telah terjadi kekurangan telur Asia selama beberapa tahun. Kekurangan ini diperburuk oleh dua faktor, yaitu kekayaan Cina yang makin meningkat sehingga memungkinkan pasangan datang ke AS mengikuti program orang tua pengganti dan terjadi lonjakan pasangan Cina yang ingin memiliki bayi di Tahun Naga, tahun yang dianggap membawa keberuntungan.

Di kalangan pendonor sendiri, wanita Asia cenderung merasa tidak nyaman mendonarkan telur jika alasannya hanya kebutuhan finansial. Rata-rata wanita Asia mendapatkan gaji lebih besar dan bisa kuliah tinggi dibandingkan wanita dari etnis lain yang sebaya.

Beberapa klinik kesuburan sampai begitu putus asa sehingga mencari donor telur Asia di luar AS. Di San Diego saja memiliki sekitar 400 donor potensial, tetapi hanya 2 orang yang berasal dari etnis Asia.


(pah/ir




Sumber : http://health.detik.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar