I Light This community (Blogspot)
Jakarta - Light painting adalah teknik fotografi di mana eksposurenya dibuat dengan menggerakan sumber cahaya atau menggerakkan kamera. Adalah seniman legendaris Pablo Picasso salah satu sosok yang sempat bereksperimen dengan teknik ini.
Di Indonesia sendiri, sebuah komunitas fotografi mencoba untuk mengenalkan teknik 'melukis dengan cahaya' itu kepada masyarakat yang lebih luas. Menamakan komunitasnya dengan I 'Light' This, komunitas ini sudah menapaki usia yang lebih dari 3 tahun. Pun begitu, ada sebagian khalayak yang belum mengetahuinya.
Nah, bagi yang belum tahu siapa mereka, mari kita sedikit mengulik mengenai komunitas yang terlahir pada 14 Maret 2009 ini. "Ini adalah perpaduan antara seni fotografi dengan seni grafis. Kenapa disebut lighting graffiti? Karena bahasa simpelnya kayak melukis, tapi dengan media foto," demikian tutur Ojan, salah satu anggota komunitas ini.
Ya, seperti terlihat, karya yang dihasilkan memang tidak terlihat seperti foto pada umumnya. Tentu saja, tak ada permainan Photoshop untuk menciptakan karya dengan paduan warna ciamik yang tercipta dari keberadaan sumber cahaya.
Didalangi oleh tiga orang yakni Syarief M, Roci Tanjung dan Adhe, komunitas yang kerap mengisi booth di gelaran teknologi maupun fotografi ini sekarang telah merangkul sebanyak sekitar 50 anggota aktif. Kecantikan foto yang dihasilkan lewat permainan kreativitas pelakunya pun mendorong komunitas serupa bermunculan di sejumlah kota dalam beberapa tahun terakhir seperti di Bandung, Tarakan dan Bogor.
Tips & Trik Lighting Grafitti
Ingin belajar mewujudkan foto-foto di atas, dalam kesempatan berbincang dengan detikINET di Jakarta baru-baru ini, komunitas yang mengadakan gathering tiap dua minggu sekali di Taman Menteng dan Parkir Timur Senayan, Jakarta ini tak segan berbagi tips membuat lighting graffiti. Ini dia:
1. "Yang pasti modal utamanya kamera. Setel di ISO paling rendah, kemudian untuk speednya sudah pasti bulb atau di bawah 1 detik, tergantung keinginan. Lantas untuk diafragma, sesuaikan saja dengan kondisi, tergantung gepal terangnya tempat yang dipakai," tutur pria berkacamata ini dengan ramah.
2. Untuk pemilihan tempat pemotretan, pilih tempat yang paling gelap.
3. Usahakan untuk membawa tripod atau mencari tempat dudukan kamera. Tentu saja, hal ini guna menjaga kamera tetap stabil.
4. Sebaiknya sang fotografer memakai shutter release. "Kalau pakai shutter release bisa sendirian, kalau tidak pakai, harus berdua," tambahnya.
5. Gunakan benda yang bisa menghasilkan cahaya seperti senter, ponsel, atau bila sudah berpengalaman, lampu yang sudah dikustomisasi juga bisa dipakai sebagai sumber cahaya seperti aksesoris motor, neon atau LED.
Ingin melihat beberapa hasil kreativitas komunitas tersebut? Berikut beberapa di antaranya:
(Photo: http://komunitaslightgraffiti.blogspot.com/)
"Kosepnya bisa dibilang pure fotografi. Fotografi sendiri kan definisinya melukis cahaya, menangkap cahaya.Nah, di sini kita yang menggerakkan cahaya sendiri," pungkas Ojhan menutup perbincangan.
( sha / ash )
Di Indonesia sendiri, sebuah komunitas fotografi mencoba untuk mengenalkan teknik 'melukis dengan cahaya' itu kepada masyarakat yang lebih luas. Menamakan komunitasnya dengan I 'Light' This, komunitas ini sudah menapaki usia yang lebih dari 3 tahun. Pun begitu, ada sebagian khalayak yang belum mengetahuinya.
Nah, bagi yang belum tahu siapa mereka, mari kita sedikit mengulik mengenai komunitas yang terlahir pada 14 Maret 2009 ini. "Ini adalah perpaduan antara seni fotografi dengan seni grafis. Kenapa disebut lighting graffiti? Karena bahasa simpelnya kayak melukis, tapi dengan media foto," demikian tutur Ojan, salah satu anggota komunitas ini.
Ya, seperti terlihat, karya yang dihasilkan memang tidak terlihat seperti foto pada umumnya. Tentu saja, tak ada permainan Photoshop untuk menciptakan karya dengan paduan warna ciamik yang tercipta dari keberadaan sumber cahaya.
Didalangi oleh tiga orang yakni Syarief M, Roci Tanjung dan Adhe, komunitas yang kerap mengisi booth di gelaran teknologi maupun fotografi ini sekarang telah merangkul sebanyak sekitar 50 anggota aktif. Kecantikan foto yang dihasilkan lewat permainan kreativitas pelakunya pun mendorong komunitas serupa bermunculan di sejumlah kota dalam beberapa tahun terakhir seperti di Bandung, Tarakan dan Bogor.
Tips & Trik Lighting Grafitti
Ingin belajar mewujudkan foto-foto di atas, dalam kesempatan berbincang dengan detikINET di Jakarta baru-baru ini, komunitas yang mengadakan gathering tiap dua minggu sekali di Taman Menteng dan Parkir Timur Senayan, Jakarta ini tak segan berbagi tips membuat lighting graffiti. Ini dia:
1. "Yang pasti modal utamanya kamera. Setel di ISO paling rendah, kemudian untuk speednya sudah pasti bulb atau di bawah 1 detik, tergantung keinginan. Lantas untuk diafragma, sesuaikan saja dengan kondisi, tergantung gepal terangnya tempat yang dipakai," tutur pria berkacamata ini dengan ramah.
2. Untuk pemilihan tempat pemotretan, pilih tempat yang paling gelap.
3. Usahakan untuk membawa tripod atau mencari tempat dudukan kamera. Tentu saja, hal ini guna menjaga kamera tetap stabil.
4. Sebaiknya sang fotografer memakai shutter release. "Kalau pakai shutter release bisa sendirian, kalau tidak pakai, harus berdua," tambahnya.
5. Gunakan benda yang bisa menghasilkan cahaya seperti senter, ponsel, atau bila sudah berpengalaman, lampu yang sudah dikustomisasi juga bisa dipakai sebagai sumber cahaya seperti aksesoris motor, neon atau LED.
Ingin melihat beberapa hasil kreativitas komunitas tersebut? Berikut beberapa di antaranya:
(Photo: http://komunitaslightgraffiti.blogspot.com/)
"Kosepnya bisa dibilang pure fotografi. Fotografi sendiri kan definisinya melukis cahaya, menangkap cahaya.Nah, di sini kita yang menggerakkan cahaya sendiri," pungkas Ojhan menutup perbincangan.
( sha / ash )
Sumber : http://inet.detik.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar