
Gejal-gejala baru timbul pada tahap osteoporosis lanjut, seperti:
- patah tulang
- punggung yang semakin membungkuk
- hilangnya tinggi badan
- nyeri punggung
Tulang sangat mudah sekali menjadi hancur jika
volume kepadatan tulang menjadi sangat kurang. Hal ini akan
menimbulkan nyeri tulang dan kelainan bentuk. Hancurnya tulang
belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang yang
rapuh bisa mengalami hancur secara spontan ataupun karena cedera ringan.
Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan
dirasakan di daerah tertentu dari punggung, yang akan bertambah nyeri
jika penderita berdiri atau berjalan. Diikuti rasa sakit jika
disentuh yang kemudian akan menghilang secara bertahap setelah beberapa
pekan atau beberapa bulan.
Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan
terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang (punuk
Dowager), yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit. Tulang lainnya
bisa patah, yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau
karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah
tulang panggul.
Hal yang juga sering terjadi adalah patah tulang
lengan (radius) di daerah persambungannya dengan pergelangan tangan,
yang disebut fraktur Colles. Selain itu, pada penderita osteoporosis,
patah tulang cenderung menyembuh secara perlahan.
Diagnosa Osteoporosis
Pada seseorang yang mengalami patah tulang, diagnosis osteoporosis ditegakkan berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik dan rontgen
tulang. Pemeriksaan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk
menyingkirkan keadaan lainnya penyebab osteoporosis yang bisa
diatasi.
Untuk mendiagnosa osteoporosis sebelum terjadinya
patah tulang dilakukan pemeriksaan yang menilai kepadatan tulang. Di
Indonesia dikenal 3 cara penegakan diagnosa penyakit osteoporosis,
yaitu:
- Densitometer (Lunar) menggunakan teknologi DXA (dual-energy x-ray absorptiometry).
Pemeriksaan ini merupakan gold standard diagnosa osteoporosis.
Pemeriksaan kepadatan tulang ini aman dan tidak menimbulkan
nyeri serta bisa dilakukan dalam waktu 5-15 menit.
DXA sangat berguna untuk:
- wanita yang memiliki risiko tinggi menderita osteoporosis
- penderita yang diagnosisnya belum pasti
- penderita yang hasil pengobatan osteoporosisnya harus dinilai secara akurat
- Densitometer-USG. Pemeriksaan ini lebih tepat disebut sebagai screening awal penyakit osteoporosis. Hasilnya pun hanya ditandai dengan nilai T dimana nilai lebih -1 berarti kepadatan tulang masih baik, nilai antara -1 dan -2,5 berarti osteopenia (penipisan tulang), nilai kurang dari -2,5 berarti osteoporosis (keropos tulang). Keuntungannya adalah kepraktisan dan harga pemeriksaannya yang lebih murah.
- Pemeriksaan laboratorium untuk osteocalcin dan dioksipiridinolin, CTx. Proses pengeroposan tulang dapat diketahui dengan memeriksakan penanda biokimia CTx (C-Telopeptide). CTx merupakan hasil penguraian kolagen tulang yang dilepaskan ke dalam sirkulasi darahsehingga spesifik dalam menilai kecepatan proses pengeroposan tulang. Pemeriksaan CTx juga sangat berguna dalam memantau pengobatan menggunakan antiresorpsi oral.
Proses pembentukan tulang dapat diketahui dengan
memeriksakan penanda bioklimia N-MID-Osteocalcin. Osteocalcin
merupakan protein spesifik tulang sehingga pemeriksan ini dapat
digunakan saebagai penanda biokimia pembentukan tualng dan juga untuk
menentukan kecepatan turnover tulang pada beberapa penyakit tulang
lainnya. Pemeriksaan osteocalcin juga dapat digunakan untuk memantau
pengobatan osteoporosis.
Di luar negeri, dokter dapat pula menggunakan metode lain untuk mendiagnosa penyakit osteoporosis, antara lain:
- Sinar x untuk menunjukkan degenerasi tipikal dalam tulang punggung bagian bawah.
- Pengukuran massa tulang dengan memeriksa lengan, paha dan tulang belakang.
- Tes darah yang dapat memperlihatkan naiknya kadar hormon paratiroid.
- Biopsi tulang untuk melihat tulang mengecil, keropos tetapi tampak normal.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar