Disampaikan oleh Maha Guru Ching
Hai, New York, Amerika Serikat, 4 Agustus 1999
(Asal bahasa Inggris)
(Asal bahasa Inggris)
Saya tidak mengatakan, “Tanpa susu,” hanya tanpa
daging, tanpa telur, dan tanpa apa pun yang berasal dari pembunuhan
hewan. Tapi, dengan susu dan produk-produk susu, Anda tidak harus
membunuh untuk mendapatkannya. Hanya saja saya sendiri jarang
menggunakannya. Jadi, bila orang bertanya kepada saya, haruskah mereka
menggunakannya karena mereka merasa tidak nyaman, maka saya berkata, “Itu
terserah Anda.” Saya sendiri tidak begitu suka susu karena cara susu itu
diambil. Tetapi, di beberapa tempat seperti India, mereka mengambil susu
dari sapi dengan cara yang sangat manusiawi dan sangat normal.
Juga, kalau Anda tidak minum susu sapi,
kadang-kadang terlalu banyak susu membuat sapi menderita, kesakitan.
Tetapi, cara orang mengambilnya dengan mesin, dan mereka memberi makan dan
kemudian mengurungnya: Saya tidak suka itu. Di kebanyakan negara
industri, mereka mengurung sapi dan memaksanya untuk makan berbagai bahan
kimia agar menghasilkan lebih banyak susu. Atau mereka memaksa dan memberi
obat-obatan supaya sapi itu menghasilkan lebih banyak susu. Lalu
konsekuensinya adalah tulang mereka menjadi rapuh dan sapi-sapi itu nyaris
tidak bisa menopang tubuhnya. Banyak sapi di Amerika Serikat, usus mereka
jatuh, perut mereka jatuh, dan sapi-sapi itu hampir tidak bisa berjalan
karena tulang mereka begitu lemah karena memproduksi terlalu banyak susu.
Dan hal itu yang tidak saya sukai. Saya pikir kita tidak seharusnya
bertahan hidup di atas penderitaan orang lain, bahkan penderitaan sapi
pun.
Saya tidak suka cara tidak manusiawi yang dilakukan
orang-orang terhadap sapi. Mereka juga menaruh terlalu banyak bahan kimia
ke dalam tubuh sapi untuk membuatnya tumbuh lebih besar dari seharusnya.
Dosisnya terlalu berat bagi sapi tersebut, dan ia bisa jatuh sakit. Dan
jika organ-organ tubuh sapi itu keluar dari badannya, mereka bahkan tidak
memberi pembiusan atau apa pun saat mereka menjahitnya kembali. Mereka
hanya melakukan pekerjaan kasar; koboi atau siapa pun bisa datang dan
menjahitnya seakan-akan itu adalah hal yang normal. Saya tidak suka segala
cara yang tak manusiawi dan tak beradab dalam memperlakukan hewan, seekor
hewan yang bermanfaat bagi umat manusia, yang begitu ramah dan begitu
lembut.
Itulah sebabnya saat
melihat susu, saya tidak ingin meminumnya. Saya tidak suka diingatkan akan
kekejaman kita, umat manusia. Bukan saya fanatik, karena orang masih
membutuhkan susu untuk bertahan hidup. Anak-anak membutuhkan susu karena
terkadang ibu mereka tidak bisa menyusui. Orang sakit yang terkadang tidak bisa
minum atau makan yang lainnya, mereka membutuhkan susu. Saya tidak
menganjurkan fanatisme, hanya saja saya tidak suka melihat penderitaan apa
pun. Tetapi, susu boleh saja.
Sapi, Ibu Kita yang Kedua
Disampaikan oleh Maha Guru Ching
Hai, Florida, Amerika Serikat,
25 Desember 2001 (Asal bahasa Inggris)
25 Desember 2001 (Asal bahasa Inggris)
Dalam Alkitab, Tuhan berfirman, “Aku ciptakan semua
hewan semata-mata untuk membantumu, untuk menjadi temanmu.” Mereka
benar-benar membantu kita. Sapi membantu menyuburkan tanah, dan memberi
susu untuk anak-anak yang tidak mempunyai susu ibu, atau memberi susu
kepada makhluk apa pun, untuk segala hewan juga, dan mereka memberi
susu untuk dibuat keju. Mereka tidak keberatan melakukannya, asalkan
dengan cara yang alami, tidak seperti cara sekarang yang menggunakan
mesin, begitu menyakitkan. Jadi, saya jarang makan produk susu. Bukannya
saya fanatik, tapi saya tidak menyukainya, bahkan sejak dahulu sebelum
saya berlatih Metode Quan Yin. Saya jarang minum susu, atau produk susu
apa pun. Dan sebenarnya, sapi adalah ibu kedua bagi kebanyakan bayi. Kini,
kebanyakan dari kita tumbuh dengan susu sapi, jadi bagaimana bisa Anda
membunuh ibu Anda sendiri?
Dahulu, di China, Au Lac, dan Asia,
kita terkadang mempunyai ibu kedua seperti itu. Misalkan ada seorang wanita
kaya yang tidak ingin menyusui anaknya karena tidak terlalu nyaman, lalu
dia menyewa wanita lain yang juga mempunyai bayi dan memiliki banyak susu
sehingga anak-anak mereka berdua bisa minum dari susu itu. Kita
menyebutnya inang. Bagaimana bisa Anda membunuh seorang inang seperti
itu? Kita bahkan menyebutnya sebagai ibu kedua, atau ibu asuh. Jadi,
bagaimana bisa Anda melakukannya? Di negara kami, kami sangat berterima
kasih kepada ibu semacam ini. Kami menyebutnya bukan inang atau ibu susu,
tetapi ibu Tuhan, ibu angkat, atau ibu asuh. Dan kita juga menaruh hormat
kepada ibu kedua ini. Jadi, sama halnya jika kita melakukan hal itu
terhadap sapi-sapi, seolah-olah Anda membunuh ibu yang memberikan Anda
susu. Jadi, mengherankan bagaimana orang bisa melakukan hal itu. Sungguh,
terkadang saya sangat terkejut atas kegelapan batin manusia.
Kasih dari Induk Sapi
Ini
adalah kisah nyata yang terjadi di China Bagian Barat di daerah gurun pasir
yang gersang di Provinsi Ching Hai. Petugas di daerah ini memberlakukan
peraturan yang ketat atas jatah 3 kilo air untuk setiap orang setiap
harinya, dan penduduk daerah tersebut bergantung pada pengangkutan air
jarak jauh yang ditugaskan kepada para tentara lokal. Pada situasi semacam
ini, dapat kita bayangkan betapa tragisnya keadaan demikian menimpa
hewan-hewan di daerah tersebut.
Suatu hari, seekor sapi tua melepaskan diri dari ikatan tali di lehernya
dan berhenti di tengah jalan di gurun pasir, di jalur truk air akan lewat.
Setelah beberapa saat, sementara orang-orang mulai berpikir mengapa sapi
itu berhenti di tengah jalan, truk berisikan air tiba. Sapi itu tiba-tiba
mengarah ke depan truk tersebut, memaksa truk tersebut untuk berhenti.
Kemudian sapi itu memandang ke arah truk, sementara supir truk tersebut
berusaha untuk mengusir sapi tersebut dengan sia-sia. Situasi ini
berlangsung untuk beberapa saat.
Tentara yang bertugas mengangkut air tersebut mengalami hal sama
sebelumnya, tapi belum pernah sampai mengakibatkan kemacetan lalu lintas.
Kali ini berbeda. Para pengendara motor dan mobil tidak sabar dan
menggerutu dan beberapa orang yang tidak sabar berusaha untuk mengusir
sapi tersebut dengan api, tetapi sapi tersebut tetap bertahan. Kemudian
pemilik sapi tiba di tempat kejadian dan mencambuk sapi tersebut sehingga
kulitnya sobek, tapi sapi itu tetap bertahan dan tidak beranjak sedikit
pun.
Rintihan memilukan dari sapi tua dan kurus itu sangatlah tragis
sampai-sampai tentara petugas dan beberapa dari pengendara meneteskan air
mata. Akhirnya, seorang tentara berkata, "Biarlah sekali ini saya
melanggar peraturan! Saya siap untuk mendapat hukuman". Dia mengambil
wadah air dengan separuh isi (satu setengah kilo air) dan menempatkannya
di depan sapi tersebut, tapi sangat menakjubkan sebab sapi tersebut tidak
menyentuh air itu.
Kemudian sapi itu memandang ke arah matahari terbenam dan melenguh.
Beberapa saat kemudian seekor sapi kecil muncul dari belakang tumpukan
pasir. Sapi tua yang terluka itu memandang dengan penuh kasih sayang pada
sapi kecil itu sampai dia selesai minum air. Dengan air mata berlinangan,
ibu sapi dan sapi kecil itu saling menjilat mata masing-masing. Tanpa
suara, mereka mengekspresikan kasih mereka satu sama lain. Kemudian,
sebelum seorang pun mengusir mereka, mereka meninggalkan tempat kejadian
itu dengan sendirinya.
Sumber : http://www.godsdirectcontact.or.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar