Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) didirikan pada tahun 1948 sebagai badan
khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dengan anggotanya yang hampir mencapai
dua ratus negara, badan tersebut melaksanakan program-program berskala
dunia untuk mencegah dan melenyapkan penyakit. Tetapi, misi WHO melangkah
lebih jauh dari sekadar pengobatan terhadap penyakit jasmani. Tujuannya
adalah “pencapaian tingkat kesehatan yang tertinggi untuk seluruh umat
manusia di dunia”, di mana kesehatan didefinisikan sebagai “kesejahteraan
yang seutuhnya baik fisik, mental maupun sosial".
Setelah bertahun-tahun, WHO secara terus-menerus mencari cara untuk
mencapai tujuannya. Prestasi penting yang pertama adalah memberantas
penyakit cacar, yang sejak lama dianggap sebagai penyakit infeksi paling
mematikan. Cacar telah menyebabkan jutaan kematian dan banyak penderitaan
selama berabad-abad. Tetapi, WHO menyusun program untuk memberantas
penyakit tersebut. Petugas-petugas WHO pergi ke berbagai negara untuk
mengelola program vaksinasi secara besar-besaran. Sebagai hasilnya,
penyakit cacar berhasil dilenyapkan pada tahun 1977. Sejak saat itu, WHO
mengalihkan perhatian kepada penyakit-penyakit lainnya seperti penyakit
polio dan kusta, di mana sekarang ini penyakit-penyakit tersebut telah
hampir selesai diberantas.
Selain
memerangi penyakit, WHO telah berperan utama dalam mempromosikan ke
seluruh dunia program-program kesehatan dan pencegahan penyakit. Melalui
kerja sama dengan rekan-rekan di bidang penelitian kesehatan, WHO
mengumpulkan data kebutuhan dan kondisi kesehatan secara global, khususnya
di negara-negara berkembang. Salah satu prakarsa terbaru adalah
Strategi Global dalam Pola Makan, Aktivitas Fisik dan Kesehatan. Proyek
ini, diberi mandat oleh Majelis Kesehatan Dunia pada bulan Mei 2002,
berkembang melalui penemuan bahwa semakin banyak orang di negara
berkembang menderita penyakit kronis.
Meningkatnya urbanisasi memainkan peran yang besar dalam mengubah
kondisi kesehatan di antara penduduk negara-negara berkembang. Selain itu,
telah lama diketahui bahwa penduduk kota lebih suka mengonsumsi makanan
yang padat energi yang mengandung kadar lemak jenuh yang tinggi dan
karbohidrat yang telah diproses. Bagi para penduduk pendatang yang miskin,
perubahan tiba-tiba pada pola makan, bersamaan dengan peralihan ke gaya
hidup menetap, telah meningkatkan masalah-masalah kesehatan
kronis seperti penyakit hati, diabetes, serangan jantung, kanker, dan
penyakit pernapasan. Namun demikian, faktor-faktor terbesar yang
menyebabkan kondisi ini - tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi,
peningkatan berat tubuh dan kurangnya olahraga – sebagian besar dapat
dicegah.
* Makan lebih banyak buah
dan sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian
* Lakukan latihan fisik/olahraga setiap hari
* Ganti lemak jenuh hewani dengan minyak sayur tak jenuh
* Kurangi jumlah lemak, garam, dan gula dalam pola makan
* Pertahankan berat tubuh normal
* Hentikan merokok
* Lakukan latihan fisik/olahraga setiap hari
* Ganti lemak jenuh hewani dengan minyak sayur tak jenuh
* Kurangi jumlah lemak, garam, dan gula dalam pola makan
* Pertahankan berat tubuh normal
* Hentikan merokok
Walaupun pedoman-pedoman ini tidak memerincikan pada pola makan vegetarian
sepenuhnya, mereka secara jelas menekankan pada buah-buahan, sayuran,
kacang-kacangan, biji-bijian, dan lemak sayur. Sebagai tambahan,
rekomendasi-rekomendasi ini berdasarkan pada data yang dikumpulkan dari
seluruh dunia, dan merefleksikan kepedulian baik terhadap gizi maupun
kepedulian terhadap perbedaan kultural, termasuk kelompok-kelompok yang
menilai vegetarian dari sudut pandang kasih sayang pada hewan. Sebagai
contoh, WHO menerima masukan dari Persatuan Vegetarian Internasional
(International Vegetarian Union - IVU), sebuah organisasi dengan anggota
yang berada di seluruh dunia, yang didirikan pada tahun 1908.
Pada bulan Mei 2004, WHO akan mengajukan usulan ini sebagai proposal
dasar pencegahan yang bersifat global kepada Majelis Kesehatan Dunia untuk
memberikan anggota Majelis bukti nyata untuk melaksanakan
strategi-strategi kesehatan nasional. WHO juga akan melakukan interaksi
dengan industri makanan internasional untuk menekankan tanggung jawab
sektor bisnis ini dalam membantu mencapai tujuan-tujuan ini.
Proyek terbaru WHO lainnya termasuk kampanye untuk mengurangi penggunaan
rokok di seluruh dunia, dan penelitian tentang pengaruh medan
elektromagnetik di sekeliling ponsel terhadap kesehatan.
Penelitian yang dilakukan setelah Majelis Kesehatan Dunia dibentuk,
menemukan bahwa pola makan dan olahraga merupakan elemen kunci dalam
memerangi faktor-faktor risiko ini. Sebagai contoh, pola makan yang kaya
akan buah-buahan dan sayur-mayur, yang mengandung gizi yang meningkatkan
sistem kekebalan, mempertinggi pertahanan alami tubuh untuk melawan
penyakit infeksi. Secara spesifik, rekomendasi-rekomendasi berikut dibuat
oleh WHO untuk melindungi kesehatan.
Sumber : http://www.godsdirectcontact.or.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar