Kamis, 28 Juni 2012

Riwayat Satu Abad Katedral Jakarta

Tempat misa dilihat dari atas. (Hairun Fahrudin)
Anda juga dapat melihat koleksi barang-barang milik pastoran Katedral di ruangan ini. (Hairun Fahrudin)
Deretan pakaian rohaniwan Katolik di dalam Gereja Katedral. (Hairun Fahrudin)
Menara-menara khas Gereja Katedral. (Hairun Fahrudin)
Gereja Katedral Jakarta yang berdiri kokoh di sebelah utara Lapangan Banteng ternyata menyimpan banyak cerita menarik. Bangunan dengan arsitektur neo-Gotik — yang terletak berseberangan dengan Masjid Istiqlal ini merupakan salah satu gedung cagar budaya paling menawan di Jakarta.

Gereja Katedral Jakarta memiliki sebuah museum yang bisa dikunjungi semua kalangan. Setelah membaca sebuah berita yang menyatakan Museum Katedral Jakarta dinobatkan sebagai museum terbaik di Jakarta untuk kategori pelestarian cagar budaya, saya langsung berkunjung ke museum itu.

Museum Katedral Jakarta berada di balkon ruang utama gereja yang biasa digunakan untuk misa. Lantai balkon itu dahulu digunakan untuk koor gereja, namun kini dimanfaatkan untuk memajang koleksi museum. Dari lantai balkon ini bisa disaksikan ruang utama Katedral Jakarta yang digunakan untuk beribadah.


Gereja Katedral Jakarta sendiri mulai didirikan pada 1891 untuk mengganti gereja lama yang runtuh pada 9 April 1890 (hanya beberapa hari menjelang perayaan Paskah). Pembangunannya menemui banyak sekali kendala, bahkan sempat terhenti karena kekurangan dana. Pembangunan Katedral Jakarta baru selesai 10 tahun kemudian, yakni pada 1901.

Riwayat Katedral Jakarta yang panjang itu terangkum rapi dalam koleksi museum. Saat ini ada sekitar 400 koleksi yang dipamerkan, semuanya barang-barang milik pastoran Katedral Jakarta dan ada juga koleksi hasil sumbangan dari pihak tertentu.


Ibu Lusi, salah seorang pengurus Museum Katedral Jakarta, berbaik hati mengantar saya berkeliling museum. Di antara ratusan koleksi museum, perhatian saya langsung tertuju pada pakaian rohaniwan Katolik yang tersimpan dalam beberapa kotak kaca. Dalam kotak kaca itu tersimpan jubah, topi dan kasula berbagai warna.


Kasula adalah lapisan terluar busana yang dikenakan rohaniwan Katolik. Warna kasula yang dikenakan seorang pastor memiliki makna tertentu. Kasula berwarna putih biasanya dipakai untuk ibadah sehari-hari, sedangkan ungu dan merah digunakan untuk acara duka cita seperti misa tutup peti dan paskah, lanjutnya lagi.

Koleksi lainnya yang cukup menarik adalah tongkat Paus Paulus VI dan piala Paus Yohanes Paulus II yang sengaja ditinggal untuk kenang-kenangan saat mereka berkunjung ke Indonesia. Ada juga lukisan bergambar gereja karya Kusni Kasdut yang terbuat dari pelepah pisang (Kusni Kasdut adalah seorang penjahat kelas kakap yang dihukum mati pada 1980.).

Saya juga sangat tertarik dengan koleksi relikui yang dipajang dalam kotak kecil dari kaca. Relikui adalah benda-benda peninggalan atau sisa-sisa tubuh orang kudus yang sudah meninggal, misalnya potongan pakaian, rambut dan serpihan tulang. Benda-benda ini ditaruh dalam wadah kecil berbentuk bundar dan biasanya ditempatkan dalam altar.

Barang-barang lain yang turut dipamerkan antara lain mebel antik, alat musik, patung, jam bandul, buku doa, foto-foto tua, serta perlengkapan yang biasa digunakan umat Katolik untuk beribadah. Pendek kata, koleksi museum ini sangat lengkap dalam menjelaskan tradisi Katolik.

Dari balkon, saya beranjak ke lantai pertama yang merupakan ruangan tempat beribadah. Ruang utama Gereja Katedral Jakarta ini agak gelap, kecuali bagian altarnya. Ini merupakan simbolisasi bahwa bagian terpenting dari sebuah gereja adalah altarnya. Dinding ruang utama gereja ini dihiasi lukisan dari potongan keramik yang menggambarkan kehidupan Yesus.

Langit-langit Gereja Katedral Jakarta terbuat dari kayu jati supaya tidak mudah roboh saat terjadi gempa bumi. Menaranya juga hanya terbuat dari rangka besi, bukan beton seperti umumnya gereja di Eropa.


Gereja Katedral Jakarta memiliki dua menara utama yang disebut Menara Daud dan Menara Gading. Sekilas bentuk kedua menara itu terlihat sama, namun kalau diperhatikan lebih seksama ternyata berbeda. Menara Gading diapit oleh empat menara kecil berbentuk lancip, sedangkan Menara Daud berbentuk seperti benteng yang melambangkan Benteng Daud. Menara lainnya yang lebih kecil disebut Angelus Dei, letaknya di belakang dua menara utama.

Kalau Anda tertarik dengan sejarah Katedral Jakarta serta ingin mengenal lebih dekat tradisi Katolik, silahkan berkunjung ke Museum Katedral Jakarta. Sayangnya, museum ini tidak buka pada akhir pekan.

Museum Katedral Jakarta
Jl. Katedral 7B, Jakarta Pusat
Telp.: (021) 3519 186, Faks.: (021) 3509 952
Jam buka: Senin, Rabu, Jumat, pukul 10.00-12.00 WIB
Tiket masuk: gratis
Pengunjung harus berbusana rapi dan sopan





Sumber : http://id.berita.yahoo.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar