Tampilkan postingan dengan label Hikayat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hikayat. Tampilkan semua postingan

Kamis, 05 Juli 2012

Asal usul nama Burung Cenderawasih

Burung Cenderawasih dapat Anda temukan di Indonesia timur, pulau-pulau selat Torres, Papua Nugini, dan Australia timur. Jenis burung ini merupakan anggota famili famili Paradisaeidae dari ordo Passeriformes, dikenal karena bulu burung jantan pada banyak jenisnya, terutama bulu yang sangat memanjang dan rumit yang tumbuh dari paruh, sayap atau kepalanya. Ukuran burung cendrawasih mulai dari Cendrawasih Raja pada 50 gram dan 15 cm hingga Cendrawasih Paruh-sabit Hitam pada 110 cm dan Cendrawasih Manukod Jambul-bergulung pada 430 gram.

Masyarakat di Papua sering memakai bulu cendrawasih dalam pakaian dan adat mereka, dan beberapa abad yang lalu bulu itu penting untuk dibuat topi wanita di Eropa. Perburuan untuk mendapat bulu dan perusakan habitat menyebabkan penurunan jumlah burung pada beberapa jenis ke tingkat terancm; perusakan habitat karena penebangan hutan sekarang merupakan ancaman utama.

Perburuan burung cendrawasih untuk diambil bulunya untuk perdagangan topi marak di akhir abad 19 dan awal abad 20 (Cribb 1997), namun sekarang burung-burung itu dilindungi dan perburuan hanya dibolehkan untuk kebutuhan perayaan dari suku setempat. Dalam hal Cendrawasih Panji, disarankan mengambil dari rumah sarang burung Namdur. Tatkala Raja Mahendra dari Nepal naik tahta pada tahun 1955, ternyata bulu burung cendrawasih pada mahkota kerajaan Nepal perlu diganti. Karena larangan perburuan, penggantian akhirnya diperbolehkan dari kiriman yang disita oleh hukum Amerika Serikat. 


Burung cendrawasih yang paling terkenal adalah anggota genus Paradisaea, termasuk spesies tipenya, cendrawasih kuning besar, Paradisaea apoda. Jenis ini dideskripsikan dari spesimen yang dibawa ke Eropa dari ekpedisi dagang. Spesimen ini disiapkan oleh pedagang pribumi dengan membuang sayap dan kakinya agar dapat dijadikan hiasan. Hal ini tidak diketahui oleh para penjelajah dan menimbulkan kepercayaan bahwa burung ini tidak pernah mendarat namun tetap berada di udara karena bulu-bulunya. Inilah asal mula nama bird of paradise (‘burung surga’ oleh orang Inggris) dan nama jenis apoda – yang berarti ‘tak berkaki’.
Banyak jenis mempunyai ritual kawin yang rumit, dengan sistem kawin jenis-jenis Paradisaea adalah burung-burung jantan berkumpul untuk bersaing memperlihatkan keelokannya pada burung betina agar dapat kawin. Sementara jenis lain seperti jenis-jenis Cicinnurus dan Parotia memiliki tari perkawinan yang beraturan. Burung jantan pada jenis yang dimorfik seksual bersifat poligami. Banyak burung hibrida yang dideskripsikan sebagai jenis baru, dan beberapa spesies diragukan kevalidannya. 



Asal Usul Sejarah Burung Cenderawasih

Di Pegunungan Bumberi, Kabupaten Fak-Fak, Papua Barat, pada zaman dahulu hiduplah seorang perempuan tua bersama anjing betinanya. Suatu hari, si perempuan tua dengan anjing kesayangannya sedang mencari makanan di hutan. Hari itu, mereka harus berjalan cukup jauh karena persediaan makanan di sekitar rumahnya sudah mulai berkurang. Setelah berjalan cukup jauh, mereka pun tiba di suatu tempat yang dipenuhi oleh pohon pandan yang berbuah lebat. Perempuan tua itu pun segera memetik beberapa buah pandan lalu diberikannya kepada anjingnya yang kelaparan. Anjing betina itu langsung melahap buah pandan itu hingga badannya terlihat segar kembali.

Namun, beberapa saat kemudian, tiba-tiba anjing itu merasakan sesuatu yang bergerak-gerak di dalam perutnya. Perut anjing betina itu semakin membesar seperti sedang bunting. Ajaib, hanya dalam waktu yang tidak lama, anjing betina itu melahirkan seekor anak anjing yang mungil. Melihat keajaiban itu, perempuan itu juga bermaksud memakan buah pandan agar mendapatkan keturunan seperti yang dialami oleh anjingnya.

“Oh, ajaib sekali buah pandan itu,” kagum perempuan itu, “Aku ingin mencoba buah itu agar aku bisa melahirkan anak.”

Perempuan itu segera memetik buah pandan lalu memakannya. Begitu ia menelan buah tersebut, perutnya tiba-tiba mengalami hal yang serupa dengan anjingnya. Dengan perut yang semakin lama semakin membesar, ia bergegas pulang. Setiba di rumah, ia pun melahirkan seorang anak laki-laki. Anak itu diberi nama Kweiya.

Sepuluh tahun kemudian, Kweiya tumbuh menjadi dewasa. Kweiya sangat rajin membantu ibunya bekerja dengan membuka hutan untuk dijadikan kebun sayur. Karena hanya menggunakan kapak batu, ia hanya mampu menebang satu batang pohon setiap hari.

Sementara itu, ibunya hanya bisa membantu membakar daun-daun dari pohon yang telah rebah. Akibatnya, asap tebal pun mengepul dan membumbung tinggi ke udara. Tanpa mereka sadari, ternyata asap tebal tersebut telah menarik perhatian seorang pria tua yang sedang mengail di sebuah sungai.
“Hai, dari mana asal asap tebal itu? Siapa yang sedang membakar hutan?” gumam pria tua itu.

Oleh karena penasaran, pria tua itu segera mencari sumber asap tebal tersebut. Setelah menempuh perjalanan tujuh hari tujuh malam, sampailah ia di tempat asap itu berasal. Di tempat itu ia mendapati seorang pemuda tampan sedang menebang hutan di bawah terik matahari.

“Weing weinggiha pohi (selamat siang), anak muda,” sapa pria tua itu, “Siapa kamu dan mengapa menebang hutan di sini?”

“Nama saya Kweiya,” jawab pemuda itu, “Saya ingin membuat kebun untuk membantu ibu saya.”

Pria tua itu mengerti bahwa Kweiya adalah anak yang berbakti kepada orang tua. Maka, ia pun memberikan kapak besinya kepada Kweiya.

“Kalau begitu, ambillah kapak besi ini,” kata pria tua itu, “Kamu akan lebih cepat menebang pohon.”

“Terima kasih, Pak,” jawab Kweiya.

Kweiya pun dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat. Dalam waktu singkat, ia mampu merobohkan puluhan pohon yang besar. Setelah itu, ia bergegas pulang untuk menceritakan hasil pekerjaannya kepada ibunya. Ibunya pun amat heran saat mendengar cerita itu.

“Bagaimana kamu bisa secepat itu menebang pohon-pohon itu, Anakku? Alat apa yang kamu gunakan?” tanya ibunya heran.

Kweiya terdiam sejenak. Ia tampaknya ingin merahasiakan pria tua yang telah membantunya itu.

“Aku tidak tahu juga, Bu. Kebetulan tadi tangan saya terlalu ringan mengangkat kapak sehingga dapat menebang pohon dengan cepat,” jawab Kweiya.

Mendengar jawaban itu, ibu Kweiya percaya begitu saja. Sementara itu, Kweiya meminta agar ibunya menyiapkan makanan yang banyak. Rupanya, Kweiya bermaksud mengajak pria tua itu ikut makan bersama sekaligus memperkenalkannya kepada ibunya.

“Bu, besok tolong siapkan makanan yang banyak,” pinta Kweiya.

Keesokan harinya, ibu Kweiya pun memasak makanan yang cukup banyak. Sementara itu, Kweiya ingin membuat kejutan untuk ibunya. Ketika dalam perjalanan pulang ke pondoknya, ia membungkus pria tua itu dengan sejumlah pohon tebu yang lengkap dengan daunnya.

Setiba di rumahnya, bungkusan tersebut di letakkan di depan pintu. Setelah itu, ia masuk ke dalam rumah dan seolah-olah merasa sangat haus. Ia pun meminta ibunya agar mengambilkan sebatang tebu untuk melepas rasa dahaganya.

“Bu, aku haus sekali. Tolong ambilkan sebatang tebu di depan pintu itu,” pinta Kweiya.

Ibu Kweiya pun menuruti permintaan anaknya. Alangkah terkejut ia begitu ia membuka bungkusan itu. Ia mendapati seorang pria tua sedang berbaring di dalamnya. Seketika, ia pun menjerit ketakutan seraya berlari masuk ke dalam pondok.

“Kweiya, siapa pria tua itu? Kenapa dia ada di dalam bungkusan itu?” tanya ibunya heran.
Kweiya tersenyum sera menenangkan hati ibunya.

“Maafkan aku, Bu,’ ucap Kweiya, “Aku tidak bermaksud menakuti-nakuti Ibu. Sebenarnya, pria tua itulah yang telah menolongku menebang pohon di hutan. Aku mohon Ibu mau menerimanya sebagai teman hidup!”

Ibu Kweiya terdiam. Setelah berpikir sejenak, akhirnya ia pun menerima permintaan anaknya. Sejak itulah, pria tua itu tinggal bersama mereka. Kweiya dan ibunya pun tidak merasa kesepian lagi.

Selang beberapa tahun kemudian, ibu Kweiya melahirkan dua anak laki-laki dan seorang perempuan dari hasil perkawinannya dengan pria tua itu. Kweiya pun menganggap ketiga adiknya tersebut sebagai adik kandung. Mereka hidup rukun dan saling menyayangi. Namun, hubungan persaudaraan mereka akhirnya menjadi retak karena kedua adik laki-lakinya merasa iri terhadap Kweiya. Mereka iri karena Kweiya selalu mendapat perhatian khusus dari ibu mereka.

Suatu hari, ketika kedua orangtua mereka sedang ke kebun, kedua adiknya mengeroyok Kweiya hingga luka-luka. Meskipun merasa kesal, Kweiya tidak tega membalas perbuatan kedua adiknya. Ia lebih memilih bersembunyi di salah satu sudut pondoknya sambil memintal tali dari kulit binatang sebanyak mungkin. Pintalan benang tersebut nantinya akan dibuat sayap.

Sementara itu, orangtua Kweiya baru saja tiba dari kebun. Ketika mengetahui Kweiya sedang tidak ada di rumah, sang ibu pun bertanya kepada adik-adik Kweiya.

“Ke mana abang kalian pergi?” tanya sang ibu.

“Tidak tahu, Bu,” jawab kedua adik laki-laki Kweiya serentak.

Rupanya, mereka takut menceritakan peristiwa perkelahian mereka yang menyebabkan Kweiya minggat pergi dari rumah. Namun, adik bungsu mereka yang menyaksikan peristiwa tersebut menceritakannya kepada ibu mereka. Betapa sedihnya sang ibu saat mendengar cerita putri bungsunya itu. Ia kemudian berteriak memanggil-manggil Kweiya agar cepat kembali ke rumah. Namun, bukan Kweiya yang datang, melainkan suara burung yang terdengar.

“Eek.. ek… ek… ek..!” begitu suara burung itu.

Suara itu ternyata suara Kweiya yang telah menyisipkan pintalan benang pada ketiaknya lalu melompat ke atas bubungan rumah dan selanjutnya terbang ke atas salah satu dahan pohon di depan rumah mereka. Rupanya, Kweiya telah berubah menjadi seekor burung yang amat indah dan bulunya berwarna-warni. Melihat peristiwa ajaib itu, sang ibu pun menangis tersedu-sedu sambil meminta benang pintalan kepada Kweiya.
“Kweiya, anakku. Apakah masih ada benang pintalan untukku?” tanyanya.

“Bagian Ibu aku sisipkan di dalam payung tikar,” jawab Kweiya.

Sang ibu pun segera mengambil pintalan benang itu lalu menyisipkannya pada ketiaknya.

Setelah berubah menjadi burung, ia kemudian mengepak-epakkan sayapnya lalu terbang menyusul Kweiya yang bertengger di dahan pohon. Konon, kedua burung yang kini dikenal sebagai burung cenderawasih terlihat bercakap-cakap dengan kicauan mereka.

“Wong… wong… wong… wong…! Ko… ko… kok… ! Wo-wik!” demikian kicauan mereka yang tidak diketahui maksudnya.

Sejak itulah, burung cenderawasih jantan dan betina sering muncul di Fak-Fak, Papua Barat, dengan warna berbeda. Oleh masyarakat Onin, burung cenderawasih jantan yang bulunya cenderung lebih panjang kemudian dalam bahasa Lha disebut Siangga dan Hanggam Tombor untuk burung cenderawasih betina.

Kedua adik laki-laki Kweiaya yang menyaksikan peristiwa ajaib itu hanya bisa pasrah ditinggalkan oleh ibu dan kakak mereka. Mereka akhirnya saling menyalahkan sehingga mereka saling lempar abu tungku. Wajah mereka pun menjadi kelabu hitam, abu-abu, dan ada juga yang menjadi warna merah. Seketika itu pula, mereka pun berubah menjadi burung dan kemudian terbang ke hutan rimba untuk menyusul ibu dan kakak mereka. Itulah sebabnya, hutan rimba di Fak-Fak lebih banyak dipenuhi oleh beragam burung yang kurang menarik dibandingkan dengan burung cenderawasih.


Sumber : http://www.zona-kita.com/

Senin, 30 April 2012

Sejarah Penemu Dan Asal Usul Rokok

Bentuk paling awal dari rokok telah dibuktikan di Amerika Tengah sekitar abad ke-9 dalam bentuk alang-alang dan tabung merokok. The Maya , dan kemudian Aztec , asap tembakau dan obat-obatan psikoaktif berbagai ritual keagamaan dan sering digambarkan imam dan merokok dewa pada tembikar dan ukiran candi. Rokok, dan cerutu, adalah metode yang paling umum dari merokok di Karibia, Meksiko dan Amerika Tengah dan Selatan sampai belakangan ini.

Selatan dan Tengah Amerika digunakan bungkus rokok berbagai tanaman; ketika dibawa kembali ke Spanyol, pembungkus jagung diperkenalkan, dan pada abad ketujuh belas, kertas halus. Produk yang dihasilkan disebut papelate dan didokumentasikan dalam Goya lukisan s 'La Cometa, La Merienda en el Manzanares, dan El juego de la pelota a pala (abad ke-18).

Pada 1830, rokok telah menyeberang ke Prancis, di mana ia menerima nama rokok, dan pada tahun 1845, monopoli tembakau negara Perancis mulai memproduksi mereka.

Dalam George Bizet opera Carmen , yang didirikan di Spanyol pada tahun 1830-an, judul karakter Carmen pada mulanya seorang pekerja di pabrik rokok.

Di dunia berbahasa Inggris, penggunaan tembakau dalam bentuk rokok menjadi semakin populer selama dan setelah Perang Krimea , ketika tentara Inggris mulai meniru mereka Turki Ottoman kawan-kawan dan musuh Rusia. ini dibantu oleh pengembangan dari tembakau yang cocok untuk penggunaan rokok, dan dengan perkembangan industri ekspor rokok Mesir .

The merokok luas rokok di dunia Barat sebagian besar merupakan fenomena abad ke-20 - pada awal abad ke konsumsi per kapita tahunan di Amerika Serikat adalah 54 rokok (setara dengan kurang dari 0,5% dari populasi merokok lebih dari 100 batang rokok per tahun ), dan konsumsi di sana mencapai puncaknya di 4.259 per kapita pada tahun 1965. Pada waktu itu sekitar 50% pria dan 33% perempuan merokok (didefinisikan sebagai merokok lebih dari 100 batang rokok per tahun). Pada tahun 2000, konsumsi telah jatuh ke 2.092 per kapita, sesuai dengan sekitar 30% pria dan 22% dari wanita yang merokok lebih dari 100 batang rokok per tahun, dan pada tahun 2006 konsumsi per kapita telah menolak untuk 1.691; menyiratkan bahwa sekitar 21% dari populasi mengisap rokok 100 atau lebih per tahun.

Selama Perang Dunia I dan Perang Dunia II, rokok yang dijatah kepada tentara. Selama paruh kedua abad ke-20, pengaruh kesehatan yang merugikan dari rokok mulai dikenal secara luas dan hanya kesehatan peringatan-teks itu menjadi biasa pada paket rokok. Amerika Serikat belum menerapkan label peringatan rokok grafis, yang dianggap sebagai metode yang lebih efektif untuk mengkomunikasikan kepada masyarakat bahaya merokok. [17] Kanada, Australia, dan Selandia Baru, bagaimanapun, telah baik peringatan tekstual dan grafis visual menampilkan gambar, antara lain, penggunaan efek tembakau telah merusak pada tubuh manusia.

rokok telah berkembang banyak sejak konsepsinya, misalnya, pita tipis yang melintang perjalanan ke "sumbu merokok" (sehingga membentuk lingkaran sepanjang rokok) adalah bagian alternatif kertas tipis dan tebal untuk memfasilitasi pembakaran efektif bila sedang ditarik, dan menghambat pembakaran saat istirahat. Sintetik particulate filter menghapus beberapa tar sebelum mencapai perokok.

Berikut nama" orang yg berperan penting dalam mempopulerkan ROKOK tsb.

Christopher colombus

Kata “tembakau” mungkin berasal dari nama pulau Tobago. Menurut kesaksian pelaut Spanyol, yang tiba bulan Oktober 1942 silam. yang terkenal dengan ekspedisi Columbus saat ini Amerika Tengah. Kata “tobaco” berasal dari penduduk setempat yaitu memutar daun berukuran besar yang dimaksudkan untuk ritual merokok. Columbus disana bertemu dengan orang tua yang sedang merokok atau disebut dengan “Injun”, lalu penduduk setempat menawarkan kepada sang kapten kapal, dia tidak bisa menolaknya dan mencoba untuk “merokok” yang digunakan orang-orang Indian, dia tidak hanya mencoba akan tetapi juga menyita daun tembakau yang dimiliki penduduk setempat untuk dibawa pulang. Selanjutnya, orang-orang Spanyol dan Portugis membawa daun dan biji tembakau ke Eropa kemudian orang-orang Eropa juga mulai menanam tembakau tersebut.

Jean Nicot

Duta Besar Perancis di pengadilan Portugis pada tahun 1560 yang bernama Jean Nicot mengirim beberapa tembakau kepada Ratu Catherine de Medici, dia merekomendasikan tembakau sebagai obat untuk migran (sakit kepala sebelah). Setelah cara ini ampuh kemudian menyebarlah ke seluruh Perancis. Dalam kehormatan dari tanaman Nico kemudian menerima nama latin Nicotiana, dan dipisahkan dari itu pada awal abad ke-19 alkaloid – masing-masing, yang menjadi “nikotin.”

Jsmith

Sejak paruh kedua dari abad ke 16, tembakau telah cepat semakin populer sebagai tanaman obat, hampir sebagai obat mujarab. Tembakau mendengus, merokok melalui pipa, dikunyah, dicampur dengan berbagai bahan dan digunakan untuk merawat pilek, sakit kepala, sakit gigi, kulit dan penyakit menular. Pada awal abad ke-17 di wilayah Amerika modern, terutama di kolonial Inggris, dan perkebunan tembakau lainnya. Pada tahun 1611, sebuah perkebunan di Virginia Inggris yang dimiliki oleh John Rolf. Benih tembakau ia impor dari Trinidad dan Venezuela, dan teknologi yang dipinjam dari Sir Walter Raleigh. Bahkan 8 tahun kemudian mulai mengekspor tembakau dari Virginia ke Inggris, dan John Rolf secara permanen menetap di Dunia Baru dan bahkan menikahi putri kepala India yang memberikan saran untuk mencoba keberuntungannya di tembakau.

Raja Prusia Frederick I, Frederick William I, Peter I:


Di antara para bangsawan pecinta tembakau antara lain adalah Raja Prusia Frederick I (pada abad ke-18), dimuat dalam halaman germanskom festival merokok, dan putranya, Frederick William I, bahkan mendirikan apa yang disebut “Tembakau Collegium”, pada pertemuan yang dikombinasikan dengan yang berbeda-beda, tampaknya, hal-hal seperti argumen tentang urusan publik, percakapan yang sopan dan menyenangkan, disertai oleh pipa rokok. Dari kerajaan Rusia pecinta tembakau pertama kali di Rusia muncul dalam benak Peter I – dan, mungkin lebih daripada siapa pun. Peter I menjadi perokok penuh gairah selama tinggal di Inggris.

Spoiler for Richard Joshua

Richard Joshua turun dalam sejarah tidak hanya sebagai seorang pengusaha yang sukses, tetapi juga sebagai pemasar berbakat.

 Sumber : KASKUS

Kamis, 26 April 2012

Sejarah Candi SYIWA

CANDI SYIWA merupakan candi induk dan ukuran lebih besar dari candi lainnya. Letak candi Siwa berada di halaman pertama dan diapit oleh candi Whisnu dan candi Brahma. Candinya sendiri berukuran dasar 17 x 17 m dan ini berdiri di atas suatu soubasement yang berukuran 34 x 34 m, tinggi candi keseluruhannya adalah 47 m, yang berdiri di atas suatu pondasi.

Bangunan ini dibagi atas 3 bagian secara vertical kaki, tubuh dan kepala/atap, kaki candi menggambarkan “dunia bawah” tempat manusia yang diliputi hawa nafsu, tubuh candi menggambarkan “dunia tengah” tempat manusia yang telah meninggalkan keduniawian dan atap melukiskan “dunia atas” tempat para dewa. Percandian Prambanan merupakan replica gunung itu terbukti dengan adanya arca-arca dewa Lokapala yang terpahat pada kaki candi Siwa. Empat pintu masuk pada candi itu sesuai dengan keempat arah mata angin.

Pintu utama menghadap ke timur dengan tangga masuknya yang terbesar. Di kanan-kirinya berdiri 2 arca raksasa penjaga dengan membawa ganda yang merupakan manifestasi dari Siwa. Di dalam candi terdapat 4 ruangan yang menghadap keempat arah mata angina dan mengelilingi ruangan terbesar yang ada ditengah-tengah.

Dasar kaki candi dikelilingi selasar yang diatasi oleh pagar langkan. Pada dinding langkan sebelah dalam terdapat relief cerita Ramayana yang dapat diikuti dengan cara “pradaksina' (berjalan searah jarum jam) mulai dari pintu utama.

Hiasan-hiasan pada dinding sebelah luar berupa “kinari-kinari” (makhluk bertubuh burung berkepala manusia), “kalamakara” (kepala raksasa yang lidahnya berwujud sepasang mitologi) dan makhluk surgawi lainnya.Atap candi bertingkat-tingkat dengan susunan yang amat komplek masing-masing dihiasi sejumlah “ratna” dan puncaknya terdapat “ratna” terbesar.

Dinamakan candi Siwa karena didalamnya terdapat arca Siwa Mahadewa dengan pakaian yang indah dan lengkap serta dilengkapi dengan segala atributnya yaitu aksamala, camara, berada di tangan belakangnya, sedangkan di tangan depannya, tangan kanan mulai dari siku dilipat ke depan dada, dan dalam keadaan rusak, demikian juga tangan kiri dilipat ke depan perut, juga dalam keadaan rusak, tengkorak dan hiasan bulan sabit dikenakan di kepala dan seekor ular sebagai upawita.

Relung sisi selatan terdapat arca Bhatara Guru (Agastya), yang dilukiskan berdiri di atas padmasana. Bhatara Guru ini digambarkan sebagai pendeta yang mempunyai janggut tebal serta berperut gendut. Tangan kanannya dilipat ke depan dada dan tangan kiri memegang kendi Kamandalu. Di samping tangan kanannya terdapat tombak yang ujungnya berbentuk trisula. Tombak trisula tersebut dilukiskan dalam posisi berdiri, terlihat seperti ditancapkan pada sebuah tempat tombak. Dipundak kirinya terdapat camara. Bagian belakang arca terdapat prabhamandala yang berbentuk oval tanpa hiasan.
Relung di sisi barat terdapat arca Ganeca, dewa yang berkepala gajah ini adalah anak dewa Siwa. Arca ini dilukiskan mempunyai empat buah tangan. Tangan bagian belakang sebelah kanan membawa tasbih (aksamala) dan sebelah kiri memegang kapak kecil. Cawan berbentuk tengkorak dipegang tangan kiri depan dan patahan gading dipegang di tangan kanan depan.Ujung belalainya dimasukkan kedalam cawan itu yang menggambarkan bahwa ia tak pernah puas meneguk ilmu pengetahuan.

Ganesha memang menjadi lambang kebijaksanaan dan dan ilmu pengetahuan, penghalau segala kesulitan. Pada mahkotannya terdapat tengkorak dan bulan sabit sebagai tanda bahwa ia anak Siwa Kepalanya memakai hiasan jata makuta yang tersusun. Telinganya dilukiskan cukup lebar, memakai upawita yang berbentuk ukar, serta ikat dada seperti untaian mutiara. Perutnya buncit. Ganeca ini tampak duduk bersila dengan kedua telapak kakinya berhadapan.


Di relung sisi utara terdapat arca Durga Mahisasuramardini. Dalam cerita rakyat setempat arca ini dikenal sebagai arca Lara Jonggrang. Arca tersebut dilukiskan berdiri di atas punggung kerbau dengan ekornya ditarik oleh salah satu tangannya. Arca Durga ini mempunyai delapan tangan. Tangan sebelah kanan memegang cakra berapi, kadga (pedang pendek), anak panah (sara) dan terdepan menarik ekor kerbau yang diinjak. Tangan kirinya memegang Sangkha bersayap, perisai (khetaka), busur serta menarik rambut asura yang berdiri di samping kirinya.

Lembu yang diinjak dewi Durga ini dalam posisi mendekam ke arah kiri dan kepala kerbau diinjak oleh asura yang memegang gada. Asura ini dilukiskan berambut keriting, mata melotot dan mulut setengah terbuka. Durga tampak memakai pakaian mewah kepalanya memakai hiasan Jatamakuta dengan hiasan bunga, pada jamangnya mempunyai bentuk dasar yang melebar dan tebal. Simbarnya memakai hiasan roset.

Relief Candi Siwa

Di sisi bagian dalam terdapat relief yang menceritakan tentang kisah Ramayana . Di dalam cerita itu, Rama merupakan reinkarnasi dari Dewa Wisnu. Shinta adalah istri Rama dan Laksmana adalah adik Rama, mereka berdua pergi ke hutan. Banyak peristiwa yang terjadi selama mereka dalam perjalanan ke hutan. Shinta diculik oleh Rahwana, seorang raksasa yang jahat dan dilarikan ke Kerajaan Rahwana di Alengka. Rama mendapat bantuan dari Hanoman, raja dari Kerajaan Kera. Prajurit dari Kerajaan Kera dipimpin oleh Rama bergerak ke Alengka. Bagian cerita ini sampai pada saat prajurit kera membuat jembatan yang menghubungkan ke Kerajaan Alengka.

Cerita selanjutnya adalah bagian utama dari cerita Ramayana, yang dapat diikuti dengan berjalan menyusuri lorong dengan pusat candi berada di sebelah kanan.

1. Wicwamitra, seorang pendeta menyuruh ayah Rama untuk menghadapi raksasa jahat yang sering dating untuk mengganggu meditasinya.
2. Rama dan Laksmana membunuh beberapa raksasa.
3-4. Rama menikahi Shinta sebagai hadiah dalam kontes menggunakan panah Siwa.
5. Shinta dibawa Rama pulang ke rumah. Dalam perjalanan pulang mereka bertemu Paracurawa
6-7. Karena ada masalah dengan ibunya, Rama tidak dapat mewarisi tahta. Barata menggabtikan posisi Rama, dan Rama pergi ke hutan.
8. Barata mengumumkan bahwa ia akan menjalankan tahta kerajaan atas nama Rama. Sebagai symbol ia meletakkan sandal Rama di tahta kerajaan.
9. Rama dan rombongannya memasuki hutan, mereka bertarung dengan para raksasa.
10-12. ketika sebagian rombongan pergi berburu, Shinta diculik oleh Rahwana yang menyamar sebagai brahmana. Kemudian brahmana berubah wujud menjadi Rahwana. Jatayu, raja Burung mencoba menyelamatkan Shinta tetapi gagal.
13-14. Rama bertemu Hanoman.
15. Laksmana mengambil air, yang merupakan airmata Sugriwa, seekor kera yang dibuang dari Kerajaan oleh kakaknya.
16. Rama menunjukkan keahliannya memanah kepada Sugriwa.
17. Dalam pertempuran antara Sugriwa dan kakaknya, Rama membunuh kakak Sugriwa dengan panahnya.
18. Rama menerima hadiah dari Kerajaan Kera.
19. Persetujuan untuk mengirim Hanoman ke Alengka untuk menangkap Rahwana.
20. Hanoman bertemu Shinta.
21. Hanoman tertangkap tetapi untungnya dia dapat melepaskan diri. Akhirnya Hanoman membakar Alengka, Kerajaan Rahwana.
22. Hanoman mengembalikan Shinta pada Rama.
23. Prajurit Kera berbaris di pantai ketika Rama mendapat hadiah dari dewa Laut. 




Sumber : http://candidiy.tripod.com/

AJI BANDUNG BONDOWOSO

UNTUK MEMERINTAH JIN  
Orang yang memiliki ajian ini dengan sempurna bisa memimpin bangsa jin. Sehingga bisa mengerahkan Bala tentara Jin untuk keperluannya....
Dalam kisah Jawa kuno terdapat cerita tentang seorang ksatria sakti bernama Bandung Bondowoso yang jatuh hati pada seorang puteri. Karena puteri tersebut tidak mencintai Bandung Bondowoso, sedang untuk menolak secara terang-terangan sang puteri merasa takut karena Bandung Bondowoso ini terkenal sangat sakti, maka untuk mengelabuhi si Bandung Bondowoso sang puteri membuat persayaratan.
Persyaratan tersebut adalah lamaran Bandung Bondowoso akan diterima apabila ia sanggup membuat seribu candi dalam waktu satu malam. Candi tersebut harus sudah selesai sebelum ada ayam jantan berkokok atau sebelum fajar menyingsing. Dengan kehebatan yang dimilikinya, Bandung Bondowoso hampir menyelesaikan pekerjaannya karena ia dibantu oleh pasukan bangsa jin yang sangat patuh kepadanya.
Sang putri semakin ketakutan. Ia tahu secara persis, walau hari masih malam Bandung Bondowoso sudah menyelesaikan 999 candi. Sang puteri begitu melihat bahwa Bandung Bondowoso hampir menyelesaikan pekerjaannya sangat panik, sehingga ia menyuruh para dayangnya untuk menabuh lesung (tempat menumbuk padi) guna membangunkan ayam, supaya berkokok. Dengan harapan si Bandung Bondowoso merasa bahwa hari sudah pagi. Sehingga gagal dalam membuatkan candi.
Mengetahui hal tersebut adalah ulang sang puteri Bandung Bondowoso menjadi marah. Ia merasa telah ditipu, sehingga ia mengucapkan kutukan, bahwa untuk melengkapi jumlah candi genap seribu, puterilah yang d sabda hingga berubah menjadi candi. Lalu jumlah candi menjadi seribu dan oleh orang jawa disebut candi Sewu. Begitulah cerita tentang kehebatan Bandung Bondowoso yang bisa mengerahkan bala tentara jin untuk membuat candi. Kisahnya terkenal sebagai legenda Nyi Lara Jonggrang.
Selain dapat menaklukkan bangsa jin, orang yang memiliki ajian ini, akan mampu menangkis serangan lawan yang menggunakan senjata. Senjata tersebut akan terpental dengan sendirinya, tanpa kita bergerak untuk menangkisnya.
Dengan keyakinan penuh kita akan mampu menguasai ilmu ini. Tentu saja asalkan kita dapat melaksanakan seluruh petunjuk serta lakunya.
Untuk melengkapi artikel ini berikut kami sajikan mantra aji Bandung Bondowoso :
"Sun matek aji, ajiku Bandung Bondowoso,
Kang mengkoni ratuning wesi,
Kulitku tembaga,
Dagingku wojo,
Ototku kawat,
Balungku wesi,
Bayuku rasa,
Dengkulku paron,
Heh ya aku Bandung Bondowoso,
Ratuning gegaman tan ono,
Tumono ing badanku."
 
Sedangkan syarat-syarat untuk mendapatkan kekuatan Aji Bandung Bondowoso adalah sebagai berikut :
-Berpuasa selama 30 hari dengan di mulai pada hari Sabtu Kliwon bulan Selo.
-Ngebleng selama 7 hari 7 malam dengan tidak boleh makan nasi yang dipanasi.
- Selama berpuasa kita harus mengamalkan dan membaca mantranya.
Dan setiap hari berpuasa kita disarankan untuk membaca manteranya sebanyak 3 kali dalam sehari semalam.
Pantangan yang harus ditaati adalah:
- Menjauhi larangan yang dibenci Tuhan
- Tidak menggunakan ajian ini kecuali di saat yang benar-benar genting.

Demikianlah sedikit pemaparan mengenai kegunaan Aji Bandung Bondowoso. Mudah-mudahan bisa menambah wawasan pembaca yang tercinta seputar ilmu-ilmu kesaktian peninggalan leluhur di masa lampau, yang kehebatannya tak kalah dengan senjata-senjata modern.




Sumber : http://peperonity.com/go/sites/mview/ajian/21915438

Sejarah Candi PRAMBANAN


CANDI PRAMBANAN merupakan candi Hindu terbesar di Indonesia, berketinggian 47 meter, dibangun pada abad 9. Letaknya berada 17 km arah timur Yogyakarta di tepi jalan raya menuju Solo. Candi yang utama yaitu Candi Siwa (tengah), Candi Brahma (selatan), Candi Wisnu (utara). Didepannya terletak Candi Wahana (kendaraan) sebagai kendaraan Trimurti; Candi Angkasa adalah kendaraan Brahma (Dewa Penjaga), Candi Nandi (Kerbau) adalah kendaraan Siwa (Dewa Perusak) dan Candi Garuda adalah kendaraan Wisnu (Dewa Pencipta).

Pada dinding pagar langkan candi Siwa dan candi Brahma dipahatkan relief cerita Ramayana , sedangkan pada pagar langkah candi Wisnu dipahatkan relief Krisnayana. masuk candi Siwa dari arah timur belok ke kiri akan anda temukan relief cerita Ramayana tersebut searah jarum jam, relief cerita selanjutnya bersambung di candi Brahma.

Candi Prambanan dikenal kembai saat seorang Belanda bernama C.A.Lons mengunjungi Jawa pada tahun 1733 dan melaporkan tentang adanya reruntuhan candi yang ditumbuhi semak belukar. Usaha pertama kali untuk menyelamatkan Candi Prambanan dilakukan oleh Ijzerman pada tahun 1885 dengan membersihkan bilik-bilik candi dari reruntuhan batu. Pada tahun 1902 baru dimulai pekerjaan pembinaan yang dipimpin oleh Van Erp untuk candi Siwa, candi Wisnu dan candi Brahma. Perhatian terhadap candi Prambanan terus berkembang. Pada tahun 1933 berhasil disusun percobaan Candi Brahma dan Wisnu. Setelah mengalami berbagai hambatan, pada tanggal 23 Desember 1953 candi Siwa selesai dipugar. Candi Brahma mulai dipugar tahun 1978 dan diresmikan 1987. Candi Wisnu mulai dipugar tahun 1982 dan selesai tahun 1991. Kegiatan pemugaran berikutnya dilakukan terhadap 3 buah candi perwara yang berada di depan candi Siwa, Wisnu dan Brahma besarta 4 candi kelir dan 4 candi disudut / patok.

Kompleks candi Prambanan dibangun oleh Raja-raja Wamca (Dinasty) Sanjaya pada abad ke-9. Candi Prambanan merupakan kompleks percandian dengan candi induk menghadap ke timur, dengan bentuk secara keseluruhan menyerupai gunungan pada wayang kulit setinggi 47 meter. Agama Hindu mengenal Tri Murti yang terdiri dari Dewa Brahma sebagai Sang Pencipta, Dewa Wisnu sebagai Sang Pemelihara, Dewa Shiwa sebagai Sang Perusak. Bilik utama dari candi induk ditempati Dewa Shiwa sebagai Maha Dewa sehingga dapat disimpulkan candi Prambanan merupakan candi Shiwa. Candi Prambanan atau candi Shiwa ini juga sering disebut sebagai candi Loro Jonggrang berkaitan dengan legenda yang menceritakan tentang seorang dara yang jonggrang atau gadis yang jangkung, putri Prabu Boko, yang membangun kerajaannya diatas bukit di sebelah selatan kompleks candi Prambanan.

Bagian tepi candi dibatasi dengan pagar langkan, yang dihiasi dengan relief Ramayana yang dapat dinikmati bilamana kita berperadaksina (berjalan mengelilingi candi dengan pusat cansi selalu di sebelah kanan kita) melalui lorong itu. Cerita itu berlanjut pada pagar langkan candi Brahma yang terletak di sebelah kiri (sebelah selatan) candi induk. Sedang pada pagar langkan candi Wishnu yang terletak di sebelah kanan (sebelah utara) candi induk, terpahat relief cerita Kresnadipayana yang menggambarkan kisah masa kecil Prabu Kresna sebagai penjelmaan Dewa Wishnu dalam membasmi keangkaramurkaan yang hendak melanda dunia.

Bilik candi induk yang menghadap ke arah utara berisi parung Durga, permaisuri Dewa Shiwa, tetapi umumnya masyarakat menyebutnya sebagai patung Roro Jonggrang, yang menurut legenda, patung batu itu sebelumnya adalah tubuh hidup dari putri cantik itu, yang dikutuk oleh ksatria Bandung Bondowoso, untuk melengkapi kesanggupannya menciptakan seribu buah patung dalam waktu satu malam.

Candi Brahma dan candi Wishnu masing-masing memiliki satu buah bilik yang ditempati oleh patung dewa-dewa yang bersangkutan.

Dihadapan ketiga candi dari Dewa Trimurti itu terdapat tiga buah candi yang berisi wahana (kendaraan) ketiga dewa tersebut. Ketiga candi itu kini sudah dipugar dan hanya candi yang ditengah ( di depan candi Shiwa) yang masih berisi patung seekor lembu yang bernama Nandi, kendaraan Dewa Shiwa.

Patung angsa sebagai kendaraan Brahma dan patung garuda sebagai kendaraan Wishnu yang diperkirakan dahulu mengisi bilik-bilik candi yang terletak di hadapan candi kedua dewa itu kini telah dipugar.

Keenam candi itu merupakan 2 kelompok yang saling berhadapan, terletak pada sebuah halaman berbentuk bujur sangkar, dengan sisi sepanjang 110 meter.

Didalam halaman masih berdiri candi-candi lain, yaitu 2 buah candi pengapit dengan ketinggian 16 meter yang saling berhadapan, yang sebuah berdiri di sebelah utara dan yang lain berdiri di sebelah selatan, 4 buah candi kelir dan 4 buah candi sedut.

Halaman dalam yang dianggap masyarakat Hindu sebagai halaman paling sacral ini, terletak di tengah halaman tengah yang mempunyai sisi 222 meter, dan pada mulanya berisi candi-candi perwara sebanyak 224 buah berderet-deret mengelilingi halaman dalam 3 baris.



PETA SUSUNAN CANDI PRAMBANAN








 



Sumber :  http://candidiy.tripod.com/

Minggu, 22 April 2012

Hari-hari Akhir Si Pitung


Betawi Oktober 1893. Rakyat Betawi di kampung-kampung tengah berkabung. Dari mulut ke mulut mereka mendengar si Pitung atau Bang Pitung meninggal dunia, setelah tertembak dalam pertarungan tidak seimbang dengan kompeni. Bagi warga Betawi, kematian si Pitung merupakan duka mendalam. Karena ia membela rakyat kecil yang mengalami penindasan pada masa penjajahan Belanda. Sebaliknya, bagi kompeni sebutan untuk pemerintah kolonial Belanda pada masa itu, dia dilukiskan sebagai penjahat, pengacau, perampok, dan entah apa lagi. 


Jagoan kelahiran Rawa Belong, Jakarta Barat, ini telah membuat repot pemerintah kolonial di Batavia, termasuk gubernur jenderal. Karena Bang Pitung merupakan potensi ancaman keamanan dan ketertiban hingga berbagai macam strategi dilakukan pemerintah Hindia Belanda untuk menangkapnya hidup atau mati. Pokoknya Pitung ditetapkan sebagai orang yang kudu dicari dengan status penjahat kelas wahid di Betawi.

Bagaimana Belanda tidak gelisah, dalam melakukan aksinya membela rakyat kecil Bang Pitung berdiri di barisan depan. Kala itu Belanda memberlakukan kerja paksa terhadap pribumi termasuk ‘turun tikus’. Dalam gerakan ini rakyat dikerahkan membasmi tikus di sawah-sawah disamping belasan kerja paksa lainnya. Belum lagi blasting (pajak) yang sangat memberatkan petani oleh para tuan tanah.

Si Pitung, yang sudah bertahun-tahun menjadi incaran Belanda, berdasarkan cerita rakyat, mati setelah ditembak dengan peluru emas oleh schout van Hinne dalam suatu penggerebekan karena ada yang mengkhianati dengan memberi tahu tempat persembunyiannya. Ia ditembak dengan peluru emas oleh schout (setara Kapolres) van Hinne karena dikabarkan kebal dengan peluru biasa. Begitu takutnya penjajah terhadap Bang Pitung, sampai tempat ia dimakamkan dirahasiakan. Takut jago silat yang menjadi idola rakyat kecil ini akan menjadi pujaan.

Si Pitung, berdasarkan cerita rakyat (folklore) yang masih hidup di masyarakat Betawi, sejak kecil belajar mengaji di langgar (mushala) di kampung Rawa Belong. Dia, menurut istilah Betawi, ‘orang yang denger kate’. Dia juga ‘terang hati’, cakep menangkap pelajaran agama yang diberikan ustadznya, sampai mampu membaca (tilawat) Alquran. Selain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru tarekat dan ahli maen pukulan.

Suatu ketika di usia remaja –sekitar 16-17 tahun, oleh ayahnya Pitung disuruh menjual kambing ke Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Dari kediamannya di Rawa Belong dia membawa lima ekor kambing naik gerobak. Ketika dagangannya habis dan hendak pulang, Pitung dibegal oleh beberapa penjahat pasar. Mulai saat itu, dia tidak berani pulang ke rumah. Dia tidur di langgar dan kadang-kadang di kediaman gurunya H Naipan. Ini sesuai dengan tekadnya tidak akan pulang sebelum berhasil menemukan hasil jualan kambing. Dia merasa bersalah kepada orangtuanya. Dengan tekadnya itu, dia makin memperdalam ilmu maen pukulan dan ilmu tarekat. Ilmu pukulannya bernama aliran syahbandar. Kemudian Pitung melakukan meditasi alias tapa dengan tahapan berpuasa 40 hari. Kemudian melakukan ngumbara atau perjalanan guna menguji ilmunya. Ngumbara dilakukan ke tempat-tempat yang ‘menyeramkan’ yang pasti akan berhadapan dengan begal.
Salah satu ilmu kesaktian yang dipelajari Bang Pitung disebut Rawa Rontek. Gabungan antara tarekat Islam dan jampe-jampe Betawi. Dengan menguasai ilmu ini Bang Pitung dapat menyerap energi lawan-lawannya. Seolah-olah lawan-lawannya itu tidak melihat keberadaan Bang Pitung. Karena itu dia digambarkan seolah-olah dapat menghilang. Menurut cerita rakyat, dengan ilmu kesaktian rawa rontek-nya itu, Bang Pitung tidak boleh menikah. Karena sampai hayatnya ketika ia tewas dalam menjelang usia 40 tahun Pitung masih tetap bujangan.

Si Pitung yang mendapat sebutan ‘Robinhood’ Betawi, sekalipun tidak sama dengan ‘Robinhood’ si jago panah dari hutan Sherwood, Inggris. Akan tetapi, setidaknya keduanya memiliki sifat yang sama: Selalu ingin membantu rakyat tertindas. Meskipun dari hasil rampokan terhadap kompeni dan para tuan tanah yang menindas rakyat kecil.

Sejauh ini, tokoh legendaris si Pitung dilukiskan sebagai pahlawan yang gagah. Pemuda bertubuh kuat dan keren, sehingga menimbulkan rasa sungkan setiap orang yang berhadapan dengannya. Dalam film Si Pitung yang diperankan oleh Dicky Zulkarnaen, ia juga dilukiskan sebagai pemuda yang gagah dan bertubuh kekar. Tapi, menurut Tanu Trh dalam ‘Intisari’ melukiskan berdasarkan penuturan ibunya dari cerita kakeknya, Pitung tidak sebesar dan segagah itu. ”Perawakannya kecil. Tampang si Pitung sama sekali tidak menarik perhatian khalayak. Sikapnya pun tidak seperti jagoan. Kulit wajahnya kehitam-hitaman, dengan ciri yang khas sepasang cambang panjang tipis, dengan ujung melingkar ke depan.”

Menurut Tanu Trh, ketika berkunjung ke rumah kakeknya berdasarkan penuturan ibunya, Pitung pernah digerebek oleh schout van Hinne. Setelah seluruh isi rumah diperiksa ternyata petinggi polisi Belanda ini tidak menemukan si Pitung. Setelah van Hinne pergi, barulah si Pitung secara tiba-tiba muncul setelah bersembunyi di dapur. Karena belasan kali berhasil meloloskan diri dari incaran Belanda, tidak heran kalau si Pitung diyakini banyak orang memiliki ilmu menghilang. ”Yang pasti,” kata ibu, seperti dituturkan Tanu Trh, ”dengan tubuhnya yang kecil Pitung sangat pandai menyembunyikan diri dan bisa menyelinap di sudut-sudut yang terlalu sempit bagi orang-orang lain.” Sedang kalau ia dapat membuat dirinya tidak tampak di mata orang, ada yang meyakini karena ia memiliki kesaksian ‘ilmu rontek’.




Sumber : http://alwishahab.wordpress.com/