Tampilkan postingan dengan label psikologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label psikologi. Tampilkan semua postingan

Jumat, 31 Agustus 2012

Metode Montessori

Sekolah Montessori di Malang di tahun 1935
Metode Montessori adalah suatu metode pendidikan untuk anak-anak, berdasar pada teori perkembangan anak dari Dr. Maria Montessori, seorang pendidik dari Italia di akhir abad 19 dan awal abad 20. Metode ini diterapkan terutama di pra-sekolah dan sekolah dasar, walaupun ada juga penerapannya sampai jenjang pendidikan menengah.
Ciri dari metode ini adalah penekanan pada aktivitas pengarahan diri pada anak dan pengamatan klinis dari guru (sering disebut "direktur" atau "pembimbing"). Metode ini menekankan pentingnya penyesuaian dari lingkungan belajar anak dengan tingkat perkembangannya, dan peran aktivitas fisik dalam menyerap konsep akademis dan keterampilan praktik. Ciri lainnya adalah adanya penggunaan peralatan otodidak (koreksi diri) untuk memperkenalkan berbagai konsep.
Walaupun banyak sekolah-sekolah yang menggunakan nama "Montessori," kata itu sendiri bukan merupakan merk dagang, juga tidak dihubungkan dengan organisasi tertentu saja.

Sejarah

Gedung sekolah Montessori di Malang di sekitar tahun 1930
Dr. Maria Montessori mengembangkan "Metode Montessori" sebagai hasil dari penelitiannya terhadap perkembangan intelektual anak yang mengalami keterbelakangan mental. Dengan berdasar hasil kerja dokter Perancis, Jean Marc Gaspard Itard dan Edouard Seguin, ia berupaya membangun suatu lingkungan untuk penelitian ilmiah terhadap anak yang memiliki berbagai ketidakmampuan fisik dan mental. Mengikuti keberhasilan dalam perlakuan terhadap anak-anak ini, ia mulai meneliti penerapan dari teknik ini pada pendidikan anak dengan kecerdasan rata-rata.
Pada tahun 1906, Montessori telah cukup dikenal sehingga ia diminta untuk suatu pusat pengasuhan di distrik San Lorenzo di Roma. Ia menggunakannya sebagai kesempatan untuk mengamati interaksi anak dengan materi yang ia kembangkan, menyempurnakannya, dan mengembangkan materi baru yang bisa dipakai anak-anak. Dalam pendekatan yang berpusat pada materi ini, tugas utama guru adalah mengamati saat anak memilih materi yang dibuat untuk memahami konsep atau keterampilan tertentu. Pendekatan demikian menjadi ciri utama dari pendidikan Montessori.
Awalnya perhatian Montessori lebih pada anak usia pra-sekolah. Setelah mengamati perkembangan pada anak yang baru masuk SD, ia dan Mario (anaknya) memulai penelitian baru untuk menyesuaikan pendekatannya terhadap anak usia SD.
Menjelang ahir hayatnya, dalam buku From Childhood To Adolescence (Dari Masa Kanak-kanak ke Masa Remaja), Montessori membuat sketsa tentang pandangannya mengenai penerapan metodologinya bagi pendidikan jenjang menengah dan tinggi.


Sumber : http://id.wikipedia.org/

Maria Montessori - logo Google 31-08-2012

Maria Montessori
Maria Montessori (lahir di Chiaravalle, Ancona, Italia, 31 Agustus 1870 – meninggal di Noordwijk, Belanda, 6 Mei 1952 pada umur 81 tahun) adalah seorang pendidik, ilmuwan, dokter Italia. Ia mengembangkan sebuah metode pendidikan anak-anak dengan memberi kebebasan bagi mereka untuk melakukan kegiatan dan mengatur acara harian. Metode ini kelak dikenal dengan Metode Montessori.

Pendidikan

Maria Montessori mengenyam pendidikan teknik pada sebuah sekolah teknik dan lulus dengan pujian. Setelah itu ia masuk ke dalam Regio Instituto Tecnico Leonardo da Vinci pada 1886 hingga 1890 untuk mempelajari bahasa dan ilmu alam.
Pada 1890, ia melanjutkan pendidikannya sebagai mahasiswa kedokteran. Sebuah hal yang dipuji dan mengagetkan karena ia adalah mahasiswa kedokteran wanita Italia yang pertama. Pada masa itu, sebuah hal yang mustahil bagi wanita Italia untuk memperoleh pendidikan kedokteran. Ia lulus dari sekolah kedokteran dengan pujian.

Karier

Sebagai dokter, ia berkonsentrasi dengan masalah keadaan anak-anak dengan mental terbelakang di panti asuhan. Kebanyakan anak-anak tersebut terganggu mentalnya karena kesalahan orang dewasa.
Pada 1900, ia mendirikan sekolah khusus bagi anak-anak yang mengalami kesulitan belajar di Roma. Ia menggunakan caranya sendiri dan berhasil mendidik anak-anak tersebut dengan hasil yang sebaik anak-anak biasa.
Hingga menjelang akhir hidupnya, Maria Montessori terus memberikan kuliah tentang metodenya dan membuka sekolah Montessori di seluruh dunia.termasuk sekolah slb pulo harapan didaerah tanjung priok.

Karya

  • Il metodo della pedagogia scientifica (1909);
  • Antropologia pedagogica (1910).
  • Dr. Montessoris own handbook, 1914;
  • L'autoeducazione nelle scuole elementarii (1916);
  • The child in the church (1929);
  • Il segreto dell'infanzia (1938);
  • Formazione dell'Uomo (1949);
  • The absorbent mind (1949; Bahasa Italia: La mente del bambino, 1952);
  • L'Educazione e Pace (1949; 1972);
  • De l'Enfant à l'Adolescent (1948);

Sumber : http://id.wikipedia.org/

Minggu, 12 Agustus 2012

Artis-Artis Ini Diramalkan Mati Dalam Waktu Dekat!

Kapanlagi.com - Bagi banyak orang, kematian adalah hal yang menakutkan. Tak heran jika artis-artis ini sempat dibuat kalang kabut oleh ramalan yang menyebut mereka akan mati dalam waktu dekat.

Macaulay Culkin adalah salah satu artis yang diramalkan akan meninggal dalam waktu dekat. Selain bintang HOME ALONE ini, ternyata ada sejumlah artis yang bernasib sama dengannya.

Siapa saja artis yang sempat diprediksi meninggal? Apakah ramalan tersebut akhirnya terbukti? Yuk cari tahu tahu jawabannya lewat ulasan berikut ini!


1. Macaulay Culkin


KapanLagi.com - Perubahan drastis yang dialami bintang HOME ALONE ini memang sedang jadi sorotan. Bagaimana tidak, terakhir muncul, Macaulay Culkin tampak sangat kurus dan kurang sehat.
Kemuculannya pada Februari 2012 lalu pada akhirnya memunculkan prediksi bahwa jangka hidupnya hanya tinggal enam bulan. Hal itu diperkuat oleh kesaksian salah satu sumber bahwa Mac adalah pecandu heroin.
Namun demikian, Mac membantah bahwa dia mengonsumsi heroin. Dengan kondisinya yang terlihat kurang sehat, juru bicaranya menegaskan bahwa pria 31 tahun itu dalam kondisi sehat.


2. Oprah Winfrey


KapanLagi.com - Walaupun terlihat sehat di luar, namun Oprah Winfrey ternyata memiliki masalah kesehatan yang cukup kompleks. Tak heran jika Dr. David Demko dan Dr. Patrick Wanis mengungkapkan bahwa hidup Oprah hanya tersisa dua tahun!
Pernyataan yang dikeluarkan pada April 2012 lalu itu memang bukan tanpa alasan. Oprah mengalami obesitas dan berbagai masalah kompleks lainnya dalam tubuh. Jika dia tak segera mengubah gaya hidup, maka ramalan itu akan benar-benar terjadi.


3. Whitney Houston


KapanLagi.com - Kiprah Whitney Houston di dunia musik langsung terhenti saat dia ditemukan meninggal dunia di kamar hotel. Namun sebelum itu, seorang pria telah meramalkan kematian wanita 48 tahun tersebut.
Pria tersebut menyebutkan bahwa akan ada banyak artis yang meninggal di tahun 2012 ini. Ramalan itu ternyata juga diperkuat oleh pernyataan Whitney sendiri yang sempat mengungkapkan keinginannya untuk bertemu Yesus.



4. Chaz Bono


KapanLagi.com - April 2011 lalu, Chaz Bono dibuat sport jantung oleh ramalan National Enquirer tentang dirinya. Bagaimana tidak, hidupnya diprediksi hanya tinggal empat tahun!
Obesitas disebut sebagai penyebab utama kematian pria ini. Selain itu, Chaz Bono juga diprediksi akan meninggal karena depresi dan bunuh diri. Apakah ramalan tersebut benar-benar akan terjadi? Lihat saja nanti!


5. Lindsay Lohan


KapanLagi.com - Tahun 2010, sejumlah rekan Lindsay Lohan mengungkapkan pada media bahwa hidup Lindsay Lohan mungkin takkan lama lagi. Pasalnya, gaya hidupnya memang sangat memprihatinkan.
Si ratu pesta ini sangat dekat dengan alkohol. Semua kebiasaan itu akhirnya mempengaruhi perilakunya. Namun hingga kini, ramalan itu belum terbukti kebenarannya.


6. Brittany Murphy


KapanLagi.com - Selang beberapa bulan setelah kematian Michael Jackson, Brittany Murphy juga ditemukan meninggal. Usut punya usut, kematian bintang ini telah diprediksi oleh blogger bernama Perez Hilton.
Saat itu, Perez diwawancarai oleh salah satu stasiun radio. Saat ditanya pendapatnya tentang kematian Michael Jackson, pria ini mengungkapkan bahwa jika ada orang yang akan mati seperti Michael, maka Brittany Murphy adalah orangnya.
Brittany sendiri telah lama dikabarkan mengalami gangguan pola makan. Namun dia membantah tuduhan itu pada tahun 2005.


7. Michael Jackson


KapanLagi.com - Kematian Michael Jackson telah diramalkan National Enquirer sejak enam bulan sebelumnya. Melihat sosok Michael yang makin ringkih dan lemah, memang banyak orang yang memperkirakan bahwa hidupnya takkan lama lagi.
Awalnya, tak ada orang yang menaruh perhatian pada headline media terbitan 12 Januari 2012 tersebut. Publik baru menyadari ramalan itu tepat setelah King of Pop meninggal dunia. So sad.


8. Amy Winehouse


KapanLagi.com - Kematian tragis Amy Winehouse pada bulan Juli 2011 lalu memang sangat mengejutkan. Tapi sebenarnya, kematian bintang ini memang telah diramalkan jauh hari sebelumnya.
Wanita yang meninggal di usia 27 tahun ini sebenarnya diprediksi meninggal pada tahun 2008. Namun demikian Amy sendiri sempat mengatakan bahwa dia akan meninggal di usia 27 tahun.
Ramalan yang menyebutkan Amy meninggal tahun 2008 memang meleset hingga beberapa tahun. Justru ramalan Amy Winehouse sendiri yang lebih tepat.


Sumber : http://www.kapanlagi.com/

Minggu, 05 Agustus 2012

Ingin Tahu Orientasi Seksual Seseorang? Lihat Pupil Matanya

img
ilustrasi (foto: Thinkstock)

Jakarta, Pelebaran pupil adalah indikator yang akurat mengenai orientasi seksual seseorang. Ketika seseorang melihat gambar erotis dan terangsang, pupil matanya melebar. Reaksi yang tak disadari ini dapat digunakan untuk mengetahui orientasi dan gairah seksual seseorang tanpa harus melihat perubahan organ kelaminnya.

"Jadi jika seorang laki-laki mengatakan dirinya adalah heteroseksual, pupil matanya akan melebar terhadap perempuan. Dan sebaliknya dengan laki-laki gay, pupil matanya melebar jika melihat laki-laki," kata Ritch Savin-Williams, psikolog perkembangan di Cornell University seperti dilansir LiveScience, Minggu (5/8/2012).

Pupil akan mengalami pelebaran ketika menanggapi setiap stimulus yang menyenangkan atau menarik, termasuk wajah orang yang dicintai atau karya seni yang indah. Pelebaran pada pupil tersebut merupakan tanda bahwa sistem saraf otonom yang mengontrol gerakan tak disengaja seperti nadi dan pernapasan bekerja dengan baik.

Awalnya, para peneliti mempelajari orientasi seksual dan gairah seseorang dengan cara meminta relawan menonton film atau gambar erotis sambil alat kelaminya dipasangi alat untuk mengukur aliran darah. Pada laki-laki, bisa juga dengan mengukur lingkar penis. Pada perempuan, alat digunakan untuk mengukur perubahan tekanan pembuluh darah di dinding vagina.

Cara ini memiliki kelemahan. Beberapa orang dapat menahan rangsangan pada organ kelaminnya atau tidak merespon di dalam penelitian laboratorium. Belum lagi masalah pemasangan alatnya.

Untuk menyiasati masalah ini, Savin-Williams mencoba mengamati pupil mata dari 165 orang laki-laki dan 160 orang perempuan, termasuk gay, lesbian, heteroseksual dan biseksual. Para relawan diminta menonton video seorang laki-laki atau perempuan melakukan masturbasi selama 1 menit. Kecerahan dan pencahayaan kedua video identik sehingga tidak akan mempengaruhi hasil penelitian.

Sembari menonton video, sebuah kamera melacak perubahan pupil peserta selama menyaksikan video untuk mengukur perubahan ukuran pupil yang sangat kecil. Peserta juga diminta melaporkan gairahnya sendiri terhadap video yang ditonton.

Hasil penelitian yang dimuat jurnal PLoS ONE menunjukkan bahwa pelebaran pupil sesuai dengan pola yang terlihat pada perangsangan alat kelamin. Pada laki-laki, polanya lebih mudah. Laki-laki heteroseksual merespon video seksual perempuan, dan laki-laki gay merespon video seksual laki-laki. Sedangkan laki-laki biseksual merespon video laki-laki maupun perempuan.

Pada perempuan, masalahnya lebih kompleks. Perempuan lesbian mengalami pelebaran pupil ketika melihat foto perempuan lain, mirip dengan pola yang terlihat pada laki-laki normal. Namun pada perempuan heteroseksual, pelebaran ukuran pupil terjadi ketika merespon video erotis dari kedua jenis kelamin. Dalam pengakuannya, perempuan heteroseksual hanya merasakan gairah seks terhadap laki-laki, bukan perempuan.

"Ini bukan berarti bahwa semua perempuan heteroseksual diam-diam adalah biseksual. Hanya saja gairah subyektifnya tidak selalu cocok gairah tubuhnya," kata Savin-Williams.

Menurut Savin-Williams, metode ini dapat digunakan untuk melakukan penelitian seksual lintas budaya karena pelebaran pupil bersifat universal dan tidak tergantung pada bahasa atau budaya. Metode ini bahkan dapat digunakan untuk membantu orang yang bingung mengenai orientasi seksualnya.





Sumber : http://health.detik.com/

Rabu, 01 Agustus 2012

Rubiana Soeboer, si Penulis Mati Suri yang Telah Tidur Abadi



img
Rubiana Soeboer (Dok. Pribadi)
Jakarta, Pengalaman mati suri merupakan pengalaman mistis yang sulit dijelaskan secara ilmiah.

Ada yang bilang fenomena tersebut disebabkan karena si calon almarhum belum saatnya melepas raga. Ada juga yang mengatakan kejadian tersebut sebenarnya hanyalah halusinasi belaka.

Hingga akhirnya seorang psikolog menulis mengenai mati suri, beberapa tabir gelap mulai tersingkap.

Rubiana Soeboer, psikolog yang meraih gelar doktor dari Universitas Indonesia ini memang sangat tertarik dengan berbagai permasalahan yang tak biasa dan diluar nalar. Lewat buku yang berjudul 'Mati Suri', Rubiana membuka pemahaman umum mengenai fenomena yang di masyarakat masih dianggap mistis ini.

Tak hanya meneliti tentang mati suri, Rubiana juga banyak mempelajari psikologi tarot, psikologi aura, serta fenomena kehidupan antar dimensi di alam semesta. Sayangnya, psikolog yang sempat menjadi dosen di beberapa perguruan tinggi di Jakarta ini telah meninggal dunia pada tahun 2009 lalu karena soft stroke.

"Ibu memang suka meneliti hal-hal yang outside the box dan hal-hal yang sulit dipahami oleh nalar. Selain tertarik dengan mati suri, ia juga mendalami psikologi tarot, psikologi aura, fengshui, juga mengenai fenomena UFO," kenang Prof. Dr. M. Yuwana Marjuka, suami Almarhumah ketika berbincang dengan detikHealth, Rabu (1/8/2012).

Ketertarikan Rubiana mengenai mati suri bermula dari pengalamannya setelah melahirkan anak pertama di tahun 1994 lewat prosedur caesar dan mendapat pembiusan total.

Pasca melahirkan, ia mengalami kesedihan yang luar biasa tanpa sebab yang jelas atau lazim disebut baby blue. Tak hanya itu, ia juga merasakan ketakutan luar biasa jika melihat huruf-huruf Jawa dan hal-hal yang berkaitan dengan budaya Jawa.

Enam bulan kemudian, ia mulai mengingat kembali pengalaman yang dialami ketika mendapat pembiusan total. Dalam kondisi tak sadarkan diri, Rubiana bertemu seorang ibu tua tak dikenal yang memaksanya untuk naik perahu. Meskipun ingin menolak permintaan ibu tersebut, entah bagaimana ia akhirnya naik juga ke atas perahu hingga dibawa ke suatu tempat yang suram.

Sampai di suatu tempat, ia melihat seperangkat alat pertunjukan wayang beserta sang dalang yang sedang memegang gunungan. Sang dalang mengatakan bahwa apa yang diperagakannya menggambarkan perjalanan hidup Rubiana. Di saat bersamaan, ia melihat huruf-huruf Jawa Hanacaraka yang artinya 'Semua itu berakhir dengan kematian'.

Tak lama kemudian, tiba-tiba setumpuk kartu berada di genggaman tangan Rubiana. Kartu-kartu tersebut kemudian melompat dan jatuh satu persatu secara berurutan. Saat kartu terakhir jatuh, ia memperoleh pemahaman bahwa saat itu kehidupannya berakhir dan ia menyaksikan dunia kiamat. Ia baru tersadar dari bius panjangnya setelah suami memegang tangannya dan mengabarkan bahwa si jabang bayi baik-baik saja.

Setelah mengalami kejadian aneh tersebut, Rubiana selalu merasakan takut ketika melihat hal-hal yang berbau kebudayaan Jawa. Bahkan suatu ketika, saat tiba-tiba melihat huruf Jawa waktu sedang naik mobil bersama suami di jalan tol, ia langsung berteriak histeris dan mengalami depresi selama berbulan-bulan.

Sang dokter yang membantu persalinan menjelaskan bahwa apa yang dialami Rubiana merupakan pengaruh obat anastesi yang bernama Katalar. Sensasi dari obat ini dapat memicu pengalaman yang bermacam-macam, mulai dari pengalaman sedih hingga menakutkan. Penjelasan dokter ini cukup melegakan hatinya, namun juga membuatnya makin penasaran.

"Pengalaman itu memacunya untuk memahami fenomena yang dialami. Semua yang terkait dengan spiritual life dipelajari, mulai dari pemahaman mengenai kematian, kejawen sampai psikologi kontemporer mengenai kematian dan mati suri," kata Yuwana.

Tiga tahun kemudian, Rubiana menemukan buku mengenai mati suri tulisan Betty J. Eadie yang berjudul 'Embraced by Light'. Buku ini sedikit banyak menjawab rasa ingin tahunya mengena fenomena yang pernah ia alami. Rasa ingin tahunya ini kembali terobati setelah membaca buku karya Dannion Brinkley yang berjudul 'At Peace in the Light'.

Pada tahun 1999, Rubiana menemukan situs asosiasi internasional yang membahas mengenai pengalaman mendekati kematian, The International Association for Near Death Studies. Lewat situs ini, ia memperoleh banyak informasi mengenai orang-orang yang mengalami mati suri dengan latar belakang yang beragam.

Setelah membaca berbagai buku dan penelitian tentang mati suri, Rubiana kemudian mengambil kesimpulan bahwa apa yang pernah ia alami bukanlah mati suri karena bukti klinis yang ada kurang kuat. Ia lebih memahami pengalamannya sebagai halusinasi akibat pembiusan. Namun hasil pencariannya ini berhasil membuahkan sebuah buku yang diberi judul olehnya 'Mati Suri'.

"Ibu sebenarnya ingin mengangkat mengenai tema mati suri untuk program doktoralnya di UI, tapi literatur yang ada belum begitu banyak dan temanya sendiri sangat luas. Akhirnya ia menulis disertasi mengenai keadilan. Meskipun demikian, semangat untuk menulis mengenai mati suri tetap besar sehingga kemudian menghasilkan buku 'Mati Suri' ini," kata Yuwana.

Dalam bukunya ini, Rubiana ingin berbagi pengalaman dengan siapa pun yang tertarik pada fenomena mati suri. Buatnya, mati suri adalah pengalaman yang dapat menyenangkan, menyedihkan, atau menakutkan.

Rubiana memaparkan bahwa proses pencarian ini telah memberikan 'penyembuhan' bagi dirinya sendiri serta menguak berbagai potensi yang tak terbayangkan sebelumnya.

Kini sang penulis 'Mati Suri' itu telah tertidur abadi sejak Agustus 2009. Saat menemani anaknya di rumah sakit, tiba-tiba ia terkena stroke ringan dan tidak tertolong.




Sumber : http://health.detik.com/

Minggu, 22 Juli 2012

Ini Dia Fakta Unik Seputar Mimpi



img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Mimpi bisa menjadi menyenangkan dalam kehidupan seseorang, tetapi juga bisa mengejutkan, menakutkan atau menarik. Ada yang percaya bahwa mimpi adalah pesan dari Tuhan, tapi ada juga yang menganggapnya hanya sebagai bunga tidur. Di luar semua itu, ada beberapa fakta yang unik seputar mimpi.

Berikut beberapa fakta unik seputar mimpi, seperti dilansir boldsky, Sabtu (21/7/2012):

1. Tak bisa mengingat mimpi

Sebagian besar mimpi sulit untuk diingat setelah terbangun. Mimpi seram mungkin masih dapat teringat dalam pikiran, tetapi detail menjadi tidak jelas. Hal ini karena bagian otak 'sub-conscious mind' tidak memindahkannya dari memori jangka pendek menjadi jangka panjang, sehingga akan segera terlupakan setelah bangun tidur.

2. Memadukan masa lalu dan masa depan

Sebagian besar mimpi berpusat di masa lalu. Melihat kehidupan masa kecil, rumah zaman kecil atau kehidupan sekolah adalah bentuk mimpi yang biasa. Namun yang unik adalah mimpi bisa memadukan antara kehidupan masa lalu dan masa depan. Terkadang, Anda bisa bermimpi tentang masa tua tapi di tempat Anda kecil dulu.

3. Bisa 8 mimpi dalam satu malam

Secara rata-rata, orang akan mendapatkan 2-4 mimpi setiap malam, tapi ada yang bahkan hingga mencapai 8 mimpi. Anda tidak akan ingat apa saja yang Anda impikan, karena memang hanya sedikit mimpi yang bisa diingat otak. Hal ini biasa terjadi ketika mimpi Anda mempengaruhi emosi atau stabilitas mental.

4. Lumpuh saat tidur

Tidur REM (Rapid eye movement) adalah tahapan normal tidur, di mana gerakan mata bergerak cepat. Selama tidur REM, tubuh seperti dilumpuhkan oleh mekanisme di otak untuk mencegah gerakan dalam mimpi menjadi nyata. Singkatnya, mekanisme ini mengendalikan gerakan jalan atau tangan dalam mimpi.

5. Bisa orgasme sambil bermimpi

Seperti orgasme yang nyata, Anda dapat merasakan kenikmatan bahkan lebih kuat dan memuaskan saat sedang bermimpi. Orgasme ini berbeda dengan mimpi basah dan merupakan salah satu fakta aneh tentang mimpi.




Sumber : http://health.detik.com/

Selasa, 17 Juli 2012

NLP


NLP explores the relationships between how we think (neuro), how we communicate (linguistic) and our patterns of behaviour and emotion (programs).


Eyes Up and Left: Non-dominant hemisphere visualization - i.e., remembered imagery (Vr).

Eyes Up and Right: Dominant hemisphere visualization - i.e., constructed imagery and visual fantasy (Vc).

Eyes Lateral Left: Non-dominant hemisphere auditory processing - i.e., remembered sounds, words, and "tape loops" (Ar) and tonal discrimination.

Eyes Lateral Right: Dominant hemisphere auditory processing - i.e., constructed sounds and words (Ac).

Eyes Down and Left: Internal dialogue, or inner self-talk (Ad).

Eyes Down and Right: Feelings, both tactile and visceral (K).

Eyes Straight Ahead, but Defocused or Dilated: Quick access of almost any sensory information; but usually visual.

This pattern appears to be constant for right handed people throughout the human race (with the possible exception of the Basques, whose population appears to contain a fair number of 'exceptions to the rule'). Subsequent studies (Loiselle, 1985 and Buckner, Reese and Reese, 1987) have supported the NLP claim that eye movements both reflect and influence key cognitive componants of thought. Many left handed people, however, tend to be reversed from left to right. That is, their eye accessing cues are the mirror image of those of the average right hander. They look down and left for feelings, instead of down and right. Similarly, they look up and to the right to remember visual imagery, instead of up and to the left, and so on. A small number of people (including ambidextrous and a few right handed people) will be reversed in their some of their eye accessing cues (their visual eye movements, for example), but not the others.
To explore the relationship between eye movements and thinking for yourself, find a partner, ask the following questions, and observe his or her eye movements. For each question keep track of your partner's eye movements in one of the boxes (following the questions below) by using marks, lines or numbers that represent the sequence of positions you observe.
  1. Visual Remembered: Think of the color of your car. What kind of pattern is on your bedspread? Think of the last time you saw someone running. Who were the first five people you saw this morning?
  2. Visual Construction: Imagine an outline of yourself as you might look from six feet above us and see it turning into a city skyline. Can you imagine the top half of a toy dog on the bottom half of a green hippopotamus?
  3. Auditory Remembered: Can you think of one of your favorite songs? Think of the sound of clapping. How does your car's engine sound?
  4. Auditory Constructed: Imagine the sound of a train's whistle changing into the sound of pages turning. Can you hear the sound of a saxophone and the sound of your mother's voice at the same time?
  5. Auditory Digital (Internal Self Talk): Take a moment and listen to the sound of your own inner voice. How do you know it is your voice? In what types of situations do you talk to yourself the most? Think of the kinds of things that you say to yourself most often.
  6. Kinesthetic Remembered: (Tactile) When was the last time you felt really wet? Imagine the feelings of snow in your hands. What does a pine cone feel like? When was the last time you touched a hot cooking utensil? (Visceral/Emotional) Can you think of a time you felt satisfied about something you completed? Think of what it feels like to be exhausted. When was the last time you felt impatient?
  7. Kinesthetic Construction: (Tactile) Imagine the feelings of stickiness turning into the feelings of sand shifting between your fingers. Imagine the feelings of dog's fur turning into the feelings of soft butter. (Visceral/Emotional) Imagine the feelings of frustration turning into the feeling of being really motivated to do something. Imagine the feeling of being bored turning into feeling silly about feeling bored.
Visual Auditory Kinesthetic Gustatory Olfactory
see
look
show
clear
view
read
dark
appear
picture
eye
obvious
shape
sight
imagine
bright
screen
mirror
reflect
brilliant
blind
shadow
perspective
reveal
glance
dawn
focused
blank
insight
flash
outlook
vivid
dim
sparkling
transparent
scan
overlook
opaque
periphery
drab
hazy
illuminate
lucid
twinkle
snap-shot
foggy
myopic
prescient
farsighted
envision
nearsighted
tell
sound
hear
speak
silence
listen
volume
tone
pitch
deaf
alarm
knock
bass
dialogue
verbal
quote
accent
bang
static
announce
scream
noisy
roar
melody
articulate
tenor
tempo
hush
outspoken
hiss
overtones
squeak
earshot
screech
discord
crescendo
nag
babble
amplify
dissonance
baritone
cacophony
purr
cackle
harmonize
resonate
orchestrate
verbose
mellifluous
attune
feel
hard
cold
balance
pain
warm
touch
soft
catch
motion
impression
wet
solid
suffer
throw
tough
concrete
thrust
excited
dull
relax
tender
grasp
tense
stir
breathe
momentum
texture
weigh
moist
clutch
slap
bump
penetrating
soak
scrape
inertia
adhere
choke
dazed
abrasive
caress
lukewarm
nudge
tickle
tactile
throb
tingle
vibes
unfeeling
hot
stomach
kiss
bitter
hungry
honey
burnt
delicious
garlicky
sour
nutty
stale
vinegar
tasty
alkaline
seasoned
smoky
spicy
acidic
salty
pungent
gag
fruity
tasteful
sugary
meaty
buttery
rancid
savory
yummy
yummy
hickory
saccharine
aftertaste
minty
carbonated
honey
burnt
foul
pine
scent
garlic
dusty
onion
sour
fumes
vapors
floral
rotting
aroma
fragrance
sniff
aromatic
bouquet
smoky
stink
whiff
incense
pungent
citrus
snuff
dank
acrid
fishy
flowery
stank
deodorant
putrid
waft
hickory
malodorous
halitosis
yeasty


  • Rapport and Pacing
  • Sensory Awareness and Manipulation
  • Modeling
  • Outcome Thinking
  • Hypnosis

Rapport and Pacing

In NLP rapport is a strategy to connect with another person by matching or mirroring that person. Many people establish rapport naturally as they relate with others. They identify with them and even reflect their vocabulary and mannerisms. NLP has systematically coded these things so that people can gain this rapport, not through natural compassion and caring or through truly identifying with them, but rather through learned techniques. The rapport is reduced to a set of skills so that whether or not there is true empathy, empathy is communicated. This is done through carefully observing the other person and then pacing, that is, doing the same thing or something similar, such as matching the rhythm of the person’s breathing and/or using the same kinds of words, expressions, looks, posture, and actions.

There is an NLP story told about a woman who had been pacing another person so intently that she entered into a type of mystical trance, so that when the other person leaned forward and fell off her chair, so did the one who was doing the pacing. Bodenhamer and Hall say, "We experience rapport as that mystical state wherein we listen so exclusively to the other—that we lose awareness of ourselves." (Bold added.) Then they say that "Jesus listened in that way."23 But, Jesus never lost himself in a "mystical state"!

Sensory Awareness and Manipulation

At first glance the idea of sensory awareness sounds okay, but an example from Bodenhamer and Hall reveal what it really is. They ask the reader to enter into an experiment. They instruct, "Recall a pleasant experience from your past." Then they proceed to have the person visualize it, remember the sounds, the feelings, etc. Then they instruct the person to make the image larger and larger and say, "When you made the picture bigger, what happens to your feelings of that experience? Do they intensify?" Then they have the person make the image smaller, then to a comfortable size, then closer, then farther away to show how we can "distance ourselves from experiences."24 They also have the person change the colors and visual clarity, etc. While these activities may be harmless exercises for some, they can put others into an altered state of consciousness. Such visualization activities may appear safe, but they can open the mind to demonic intrusion.

Modeling


The tool called modeling is used to emulate aspects of other people that we admire. Thus, those who want to make NLP palatable for Christians say it is a way to become like Jesus by "breaking down Jesus’ character into little steps that we can emulate in our own lives."25 Aside from the fact that we do not become like Christ by "breaking down Jesus" to emulate Him, this technique is an activity of the flesh, which may make the flesh appear Christ-like and thereby prevent true spiritual growth. By following NLP modeling, a person could indeed develop "a form of godliness, but denying the power thereof" (2 Tim. 3:5).

Outcome Thinking

In NLP, outcome thinking is not just thinking about the future. It is making sensory images to create the future. Therefore it uses visualization. Bodenhamer reports:

I (BB) heard Rev. Charles Stanley utilize the NLP model as he instructed his congregation to take on the mind of Christ. He used the above model in teaching how to create an image of where God wants them to go with their life. Dr. Stanley then mentioned that "it is not wrong to visualize." How about that?26 (Italics his.)

Indeed, not all visualizing is sin, but this kind of visualizing can lead to occult visualization. Trying to make something happen in the future through visualization is an occult practice promoted in the popular occult book The Secret.

Hypnosis

Hypnosis has been a large part of NLP from its inception. Bodenhamer and Hall attempt to make hypnosis sound like a natural response to certain forms of conversation that make a person feel relaxed, comfortable, accepted, and trusting. They believe that hypnosis helps reach into the unconscious mind. They say:

Given that our unconscious mind contains vast reservoirs of knowledge and experiences, we need to learn how to tap this reservoir. Regrettably, many people let this reservoir go largely untapped. Though most of our behavior functions unconsciously, we just let it run—thinking (erroneously) we can’t effect it.27

They contend that a "facet of ‘trance’ and ‘hypnosis’ … wonderfully correlates to ‘the gospel of the grace of God.’"28 They say:

So in order to deal with our deep, unconscious programs the good-news of Jesus begins by sending us, not orders and commands, but assurances so that we can relax, feel safe, rest assured in the redemptive work of one who did for us what we could not do for ourselves, and who promises us inner strength, the witness of the spirit in our depths, etc. What a tremendously positive and resourceful inner state to access!29 (Italics theirs.)

But then, how does one access this "positive and resourceful inner state"? Through entering into a trance state. They say:

How specifically does NLP time-line processes provide tools for uncovering these unconscious parts? By utilizing trance as an altered state as a state of mind-and-emotions (relaxed, safe, open, comfortable, receptive, expectant, etc.) that enables us to function effectively and directly at the unconscious level. It gives us access to that part of our mind made for storing and coding our habitual patterns.


Sumber : http://danieldendy.blogspot.com/2010/12/nlp.html 

NLP - Neuro-Linguistic Programming


Neuro-Linguistic Programming (NLP) adalah model komunikasi interpersonal dan merupakan pendekatan alternatif terhadap psikoterapi yang didasarkan kepada pembelajaran subyektif mengenai bahasa, komunikasi, dan perubahan personal. NLP dikembangkan dari hasil jerih payah beberapa orang. Diawali oleh Richard Bandler dan John Grinder, Beberapa orang yang menjadi catatan pengembangan NLP adalah David Gordon, Leslie Cameron-Bandler, Steve and Connirae Andreas, Robert Dilts, dan masih banyak lagi. Studi mereka dimulai pada awal tahun 1970 dan sampai sekarang masih terus berlanjut dengan banyak perkembangan. Dengan teknik NLP membuat para terapis jauh lebih efektif membantu kliennya dalam melakukan perubahan yang ada dalam dirinya. Semula pembahasan lebih terpusat pada berbagai "hal beda yang dapat membuat perbedaan" antara individu "unggul" dengan individu "rata-rata". Guna memahami lebih lanjut akan perbedaan tersebut, mereka melakukan serangkaian pemodelan pada berbagai aspek dari individu "unggul", seperti berbagai prilaku dalam menerima serta menyikapi lingkungan sekitar. Hal itu berujung pada pemahaman mengenai mekanisme kerja pikiran. Sehingga NLP berisikan berbagai presuposisi mengenai mekanisme kerja pikiran dan berbagai cara individu dalam berinteraksi dengan lingkungan dan antar sesamanya, disertai dengan seperangkat metode untuk melakukan perubahan.
Secara semantik, Neuro dapat diartikan sebagai berbagai mekanisme yang dilakukan individu dalam menginterpretasikan informasi yang didapat melalui panca indra dan berbagai mekanisme pemprosesan selanjutnya di pikiran. Linguistic ditujukan untuk menjelaskan pengaruh bahasa yang digunakan pada diri maupun pada individu lain yang kemudian membentuk pengalaman individu akan lingkungan. Programming dapat diartikan sebagai berbagai mekanisme yang dapat dilakukan untuk melatih diri seorang individu (dan individu lain) dalam berpikir, bertindak dan berbicara dengan cara baru yang lebih positif. Walaupun pikiran individu telah memiliki program "alaminya", yang didapat baik melalui pewarisan secara genetis maupun melalui berbagai pengalaman, individu tetap dapat melakukan peprograman ulang sehingga dapat bertindak lebih efektif.
NLP semula dikembangkan sebagai salah satu perangkat psychotherapeutic. Namun kemudian memperoleh kredibilitas ketika diaplikasikan pada berbagai bidang, seperti bisnis, komunikasi dan lainnya. NLP juga sangat bermanfaat ketika digunakan pada pengembangan pribadi maupun pada proses belajar dan mengajar yang efektif.

Persepsi Sensorik

Setiap individu memahami berbagai pengalaman melalui panca indra atau dalam terminologi NLP dikenal sebagai VAKOG (Visual, Auditory, Kinesthetic, Olfactory dan Gustatory). Setelah berusia dua belas tahun, umumnya individu memiliki preferensi dari kelima jalur informasi tersebut, umumnya di antara tiga jalur berikut; Visual, Auditory atau Kinesthetic. Pemilihan jalur tersebut juga tergantung pada material yang dipelajari individu. Seorang musisi lebih cenderung menggunakan jalur pendengaran dibandingkan dua jalur yang lain. Pemahaman akan hal ini sangat penting dimiliki oleh para pendidik karena menentukan efektifitas proses pembelajaran.
Otak manusia juga menggunakan metode kerja dari kelima jalur informasi tersebut dalam memproses dan mengambil kembali berbagai informasi yang telah dipelajari. Individu umumnya mampu memvisualisasikan, berbicara dengan dirinya sendiri, merasakan (secara fisik atau emosional), membedakan berbagai rasa, membedakan berbagai aroma dan masih banyak lagi. Setiap individu memiliki preferensi yang berbeda saat memproses informasi dan menindaklanjuti hasil pemikirannya dalam bentuk tindakan atau eksperesi. Perbedaan ini dapat dengan jelas anda perhatikan salah satunya melalui bahasa sensorik (sensory language) yang digunakan, seperti; "Masalah itu terasa seperti beban yang sangat berat di pundak saya." (Kinesthetic) "Dapatkah anda membayangkan apa yang sedang saya bicarakan?" (Visual) "Hal tersebut terdengar tidak asing bagi saya." (Auditory)
Ketika individu menyelaraskan bahasa sensorik yang digunakan dengan lawan bicaranya, individu tersebut segera mendapatkan komunikasi yang dipersepsikan lebih efektif daripada komunikasi normal. Hal ini bisa terjadi secara otomatis pada individu yang telah terbiasa bergaya persuasif ataupun vokal dalam memengaruhi lawan bicara.
Gerakan bola mata juga mengindikasikan mekanisme yang sedang terjadi di pikiran individu. Berikut gerakan bola mata dan proses internal yang terjadi di pikiran:










Gerakan Bola Mata
Proses Internal
Atas kanan (Vc)
                   Membayangkan suatu gambar
Atas kiri (Vr)
                   Mengingat suatu gambar
Datar kanan (Ac)
                   Membayangkan suatu suara
Datar kiri (Ar)
                   Mengingat suatu suara
Bawah kanan (k)
                   Merasakan suatu rasa
Bawah kiri (Ad)
                   Dialog internal

Presuposisi

NLP memberikan seperangkat presuposisi bagi individu agar dapat berfungsi secara "normal". Individu tidak perlu meyakini setiap presuposisi ini, namun individu menjadi lebih efektif jika mengaplikasikannya seolah semua presuposisi berikut benar.
  • Tubuh dan pikiran terhubung satu sama lain
Proses berpikir dapat memengaruhi kondisi fisik. Demikian pula sebaliknya, kondisi fisik dapat memengaruhi cara berpikir.
  • Peta bukanlah "area" sebenarnya
Setiap individu memiliki model dunia di dalam pikirannya. Namun tidak satupun dari berbagai model tersebut yang benar-benar akurat dalam merepresentasikan area yang sebenarnya.
  • Peta dapat menjadi "area"
Ketika individu benar-benar menyakini model dunia di pikirannya, segera model tersebut berubah menjadi kenyataan bagi dirinya. Berbagai sumber daya dan batasan yang ada pada model tersebut, segera menjadi nyata baginya.
Komunikasi sadar terjadi misalnya saat berbicara dengan lawan bicara, sementara komunikasi bawah sadar terjadi misalnya saat individu terbangun dari tidur dan segera mendapati jawaban atas masalah yang sedang dihadapi.
Bahkan sebenarnya komunikasi non-verbal lebih menentukan efektifitas suatu komunikasi dibandingkan komunikasi verbal.
  • Semua hal yang dilakukan individu memiliki maksud positif
Setiap hal yang dilakukan memiliki sedikitnya satu nilai positif/kegunaan (walaupun di mata orang lain hal ini tidak selalu positif)
  • Tidak ada kegagalan, yang ada hanya umpan balik
Setiap tindakan individu pasti mendatangkan hasil. Apakah hasilnya sesuai dengan harapannya atau tidak, tetap membawa pesan bagi individu tersebut.
  • Arti suatu komunikasi yang sebenarnya adalah respon yang didapatkan
Hal ini berarti apa pun maksud yang ingin disampaikan, respon yang individu dapat menyiratkan arti sebenarnya dari komunikasi yang anda lakukan.

Empat Pilar Utama NLP

NLP memiliki empat pilar utama. Adapun keempat pilar tersebut adalah:
Hasil (Outcome)
Sebelum memulai suatu komunikasi, terlebih dahulu individu perlu mengenali hasil akhir yang diinginkan. Pemahaman sepenuhnya atas hasil yang ingin didapatkan sangat membantu proses pencapaian. Ketika individu benar-benar memahami hasil akhir dari komunikasi yang dilakukan, maka dirinya dapat dengan mudah mengarahkan seluruh komunikasi ke hasil akhir tersebut. Selain itu, pemahaman individu atas hasil akhir juga membantu dalam mengidentifikasi efektifitas suatu komunikasi, apakah semakin mendekatkan atau menjauhkan dari hasil yang diinginkan.
Rapport
Rapport merupakan inti dari komunikasi yang efektif. Salah satu cara untuk membangun rapport adalah dengan mengikuti (pacing) lawan bicara, contohnya dengan menyamakan bahasa tubuh, laju napas dan lainnya. Hal ini didasari karena setiap individu hanya menyukai individu yang serupa.
Akuitas Sensorik (Sensory Acuity) Akuitas sensorik adalah kemampuan menggunakan panca indra untuk mengamati individu lain secara cermat tanpa asumsi ataupun penilaian tertentu sebelumnya sehingga individu dapat memberikan respon dengan rapport yang maksimal.
Fleksibilitas (Flexibility) Guna mencapai hasil akhir yang diinginkan, individu membutuhkan fleksibilitas. Hal ini disebabkan karena kadang-kadang metode komunikasi yang digunakan tidak bekerja sesuai yang diharapkan. Sehingga, untuk tetap mencapai hasil akhir yang diinginkan, individu perlu mengganti strategi komunikasinya. Dengan memiliki fleksibilitas dalam berkomunikasi, kemungkinan mencapai hasil akhir semakin besar.

Bahasa

Terdapat hubungan yang erat antara bahasa yang digunakan dengan cara individu berpikir (yang pada akhirnya memengaruhi cara bertindak). Individu dapat memahami lebih lanjut mengenai individu lain (termasuk dirinya sendiri) jika individu benar-benar memahami bahasa yang digunakan, seperti bahasa sensorik ataupun metafora.
Memberikan label kepada seseorang cenderung membuat individu bereaksi sesuai dengan label yang ia berikan. Ketika individu mengatakan seseorang sebagai pembohong, individu tersebut mendefinisikan individu lain dalam hubungannya dengan salah satu aspek dari perilakunya. .

Unsur dalam NLP

Reframing adalah membuat sudut pandang baru atas suatu pengalaman. Individu dapat mengubah cara berpikir mengenai suatu hal dengan mengubah bahasa yang digunakan. Mengganti penyebutan dari "masalah" menjadi "tantangan" adalah salah satu contohnya. Hal itu tidak akan mengubah situasi, namun dapat mengubah cara bersikap sehingga setelahnya mengubah cara dalam berprilaku.
Individu lebih mudah mendapatkan solusi ketika mengubah posisinya, karena perubahan posisi dapat mengubah persepsi. Ketika individu berada pada suatu konflik, usahakan agar dapat memposisikan diri pada individu lain, membayangkan jalan pikirannya berkenaan dengan masalah tersebut. Sehingga individu bersangkutan mendapatkan pemahaman baru. Individu pun dapat pula mengubah posisinya pada berbagai macam kemungkinan lainnya. .
Model atas suatu pengalaman yang dibuat oleh individu tidak sama dengan pengalaman yang sebenarnya. Kerancuan model pada akhirnya mengarah pada kerancuan cara bertindak. Guna mencegah hal tersebut, individu perlu mendapatkan model presisi (precision modelling). Model presisi memungkinan individu membentuk meta-model (meta = di atas, model atas model itu sendiri) sehingga individu mendapatkan model yang berbeda dari model yang sebelumnya. Hal ini memungkinkan individu untuk kemudian memilih model yang disukai di antara model yang tersedia. Pemodelan presisi mengidentifikasi berbagai cara bahasa dalam membatasi suatu pengalaman. Beberapa contoh dari pemodelan presisi dapat diberikan sebagai berikut:
Contoh: Saya tidak mengerti --- Apa yang secara spesifik tidak anda mengerti?
Contoh: Setiap orang membenci saya --- Setiap orang? Setiap orang di bumi?
Contoh: Saya ingin menjadi seorang yang lebih baik --- Lebih baik dari apa?
dan masih banyak lagi lainnya
Juga penting bagi individu untuk benar-benar spesifik dalam menentukan tujuan. Gunakan kata-kata yang positif untuk menggambarkan secara spesifik berbagai hal yang diinginkan (dibandingkan dengan hal yang ingin dihindari).

Metaprograms

Metaprograms merupakan program yang telah ada (built-in) yang memengaruhi setiap tindakan individu. Sedikitnya saat ini telah dapat diidentifikasi sebanyak 64 metaprogram dan tentunya masih banyak lagi yang belum teridentifikasi. Berikut disajikan beberapa contohnya:
  • Berpikir dahulu atau bertindak dahulu?
  • Menilai pencapaian menggunakan standar diri atau berdasarkan pujian atau hinaan orang lain?
  • Menginginkan semua hal untuk sama atau mudah terstimulasi oleh berbagai hal baru dan berbeda?
  • Termotivasi oleh hasil pencapaian atau berbagai risiko yang mengancam jika tidak/gagal mengerjakan?
  • Lebih senang diberitahu untuk melakukan sesuatu atau lebih senang melakukan dengan cara sendiri?
  • Dan lainnya
Apa pun cara alami individu dalam melakukan pekerjaan, selalu ada individu lain yang melakukan dengan cara berbeda. Mungkin seorang individu menganggap caranya adalah cara yang benar dan tidak menyadari sebenarnya ia hanya melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda.
Dari berbagai metaprogram yang ada, sekitar 30-40% dari populasi memiliki preferensi berada di salah satu kutub, sementara sekitar 20-30% berada di antaranya. Namun bagaimana pun juga, mayoritas individu perlu melihat gambar besarnya terlebih dahulu sebelum mereka memahami detailnya, dan sebagian besar individu sangat nyaman dengan persamaan (sedikit perbedaan) dibandingkan perbedaan yang menyolok – dan salah satu penyebab mengapa perubahan di suatu organisasi cenderung lambat.
Jika individu mengetahui modus "normal" dari tingkah laku seseorang, ia akan jauh lebih mudah memahami dan menyikapi individu tersebut dengan fleksibilitas.

Penjangkaran (Anchoring)

Anchoring terjadi secara alami ketika di suatu tempat suatu aroma, suara atau yang lainnya memunculkan kembali berbagai hal berkenaan dengan suatu pengalaman pada diri individu. Pemahaman atas berbagai fenomena alami ini dapat membantu individu untuk menghancurkan berbagai anchor negatif yang mungkin telah tertanam di dirinya (seperti rasa takut yang muncul ketika anda mendengar suara anjing, walaupun tidak melihatnya).
Metode anchoring dapat pula diaplikasikan pada proses belajar mengajar misalnya dengan menggunakan pengkodean warna untuk suatu pesan. Atau tempat yang konsisten untuk suatu hal, seperti pojokan yang tenang di mana tugas dapat diselesaikan, tempat dimana tugas dapat ditulis, dan berbagai hal lain yang ditujukan untuk meningkatkan disiplin.

Submodalities

Ketika individu memvisualisasikan sesuatu sebenarnya terdapat banyak proses terjadi pada pikirannya. Sebagian individu mungkin mendapatkan gambar yang jelas, sebagian mungkin mendapatkan gambar yang buram, namun kebanyakan individu dapat menjawab pertanyaan seperti: apakah gambarnya memiliki batas? Apakah gambarnya dalam hitam/putih? Seberapa dekatnya anda dengan gambar tersebut? Apakah anda melihat gambar tersebut dari luar (dissociated) atau apakah anda kembali mengalami pengalaman tersebut (associated). Apakah anda dapat memanipulasi gambarnya: membuatnya lebih besar/kecil, lebih jauh/dekat dan lainnya. Semua varian ini disebut sebagai submodalities. Untuk panca indra yang lain juga memiliki submodalities, seperti: untuk pendengaran, apakah suaranya menjadi lebih keras/pelan, menjadi lebih jelas/samar¸ frekuensinya lebih tinggi/rendah¸ atau yang lainnya. Memanipulasi berbagai submodalities dapat memengaruhi persepsi individu terhadap suatu pengalaman. Hal ini merupakan salah satu prinsip pada terapi yang berbasiskan NLP.

Garis Waktu (Timelines)

Konsep waktu individu dapat membawa pengaruh besar dalam hidupnya. Guna memahami hal ini, lakukan hal berikut, tutup mata dan munculkan kembali berbagai hal yang terjadi kemarin, minggu lalu atau setahun yang lalu. Secara fisik tunjuk kejadian tersebut. Lalu lakukan hal yang sama dengan tiga hal yang akan terjadi di masa depan. Melakukan hal demikian menyebabkan individu mampu mengkreasikan garis waktunya? Jika individu tidak merasa berada pada suatu garis waktunya, maka tentu ia merasa seolah hidup hanya melewatinya. Coba bergerak pada garis waktu dan ketahui apa pengaruhnya terhadap persepsi mengenai dunia.

Level Kehidupan (Logic Level)

Hal ini disebut juga sebagai level logika. Individu beroperasi lebih efisien dan merasa lebih senang jika seluruh aspek dalam hidupnya berjalan secara harmonis. Level logika tersebut adalah: lingkungan, tingkah laku, kemampuan, keyakinan, identitas, spritual. Level logika ini dikreasikan oleh Robert Dilts, yang memetakan level berpikir dan berperilaku manusia ke dalam 6 tingkatan yang saling berhubungan dan memengaruhi satu sama lain.
  1. Spiritual - menjawab pertanyaan "Untuk siapa/apa?" Apa yang kita pikirkan dan lakukan di dalam konteks tertentu, mewakili sebuah tujuan yang lebih tinggi di luar diri kita. Dalam konteks kehidupan sehari-hari, ini bisa berarti Agama atau Kepercayaan. Dalam konteks organisasi, ini berarti visi dan misi organisasi sendiri.
  2. Identitas - menjawab pertanyaan "Siapa saya?" Apa visi dan misi pribadi kita sendiri dalam konteks yang kita emban. Ini erat hubungannya dengan apa yang disebut sebagai jati diri, atau gambaran identitas diri.
  3. Nilai-nilai dan keyakinan - menjawab pertanyaan "Kenapa?" Apa alasan kita memikirkan dan melakukan sesuatu di sebuah konteks. Nilai-nilai adalah apa yang penting dan yang kita cari, sedangkan keyakinan adalah apa yang kita percayai dan yakini atau simpulkan sebagai hubungan sebab-akibat atau berdasarkan peng-inderaan kita terhadap sekitar kita.
  4. Kemampuan - menjawab pertanyaan "Bagaimana?" Apa yang mampu kita lakukan di konteks tertentu. Ini menyangkut kemampuan yang sudah kita tunjukan maupun belum kita gali sepenuhnya. Seperti halnya nilai dan identitas diri, kemampuan adalah hal yang tidak terlihat jelas atau sempurna secara indera.
  5. Perilaku - menjawab pertanyaan "Apa yang dilakukan dan dipikirkan?" Ini adalah bagian yang terinderakan orang lain. Sesuatu yang kita pikirkan dan kita lakukan. Di NLP, ini tidak selalu menunjukkan kemampuan kita sebenarnya, tidak selalu mewakili nilai yang kita emban, dan tidak juga selalu menunjukkan identitas diri kita. Dan perilaku sangat tergantung dari peta realita kita masing-masing.
  6. Lingkungan - menjawab pertanyaanb "Di konteks mana?" Sekeliling kita, entah itu di konteks pekerjaan, keluarga, masyarakat, negara, dunia. Kita masing-masing menempatkan diri di sebuah konteks. Dan kelima level lainnya akan menentukan pergerakan dan efektifitas kita di konteks tersebut.

Kesimpulan

NLP memiliki banyak arti, namun pesan utamanya adalah semua individu berbeda. Beberapa dapat sangat efektif dalam melakukan suatu hal dibandingkan yang lain. Dengan mempelajari kemampuan yang dimiliki individu lain, semua individu dapat pula meningkatkan kemampuannya.
NLP mengidentifikasi posisi "normal" seorang individu – apa yang dilakukan secara alami. Dimulai dengan mencari tahu bagaimana cara kerja pikiran diri sendiri, pahami pula bagaimana pikiran individu lain dapat bekerja dengan cara berbeda, lalu aplikasikan berbagai hal tersebut dalam aktivitas keseharian dengan memperhatikan berbagai cara beda yang dilakukan individu dalam mengambil informasi, memprosesnya dan kemudian menyikapinya.
Namun harap diingat juga, ketika melihat melalui berbagai pertanyaan mengenai bagaimana cara kerja pikiran, jawabnya kemungkinan akan lebih sering "tergantung". Tergantung pada apa yang dikerjakan, bagaimana perasaan pada saat itu, sepaham apa individu dengan subjek yang diberikan. Kebanyakan individu tidak berada pada salah satu dari kedua kutub, mereka lebih banyak berada di tengah-tengah. Walaupun individu mungkin mememiliki preferensi dan berbagai cara yang lebih membuat dirinya nyaman, individu tetap dapat bekerja dalam banyak cara yang berbeda. Kesulitan mulai muncul ketika seorang terjebak hanya pada satu cara. Utamanya pada individu yang berada pada salah satu kutub spektrum tersebut, dan mencoba berinteraksi dengan individu lain yang berada kutub yang bersebrangan.




Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/NLP

Jumat, 06 Juli 2012

Tingkatkan percaya diri anda dengan cara ini


img 
Dok. Thinkstock
Jakarta - Kepercayaan diri sangat dibutuhkan disetiap aspek kehidupan. Dengan percaya diri juga dapat membuat seseorang meraih kesuksesan, baik itu dari segi berkarir, membina keluarga yang harmonis, maupun mencapai segala hal yang diinginkan. 

Memiliki rasa percaya diri juga bisa membuat kegiatan yang sulit akan lebih mudah untuk dilakukan. Tak hanya itu saja berbagai macam perasaan ragu dan takut pun akan terhindar. Dikutip dari Modern Man, berikut ini langkah untuk meningkatkan kepercayaan diri.

1. Mampu Berbicara dengan Siapa Saja
Kemampuan untuk berbicara dengan orang yang banyak dapat membuat Anda tampil percaya diri. Apabila Anda merasa malu-malu dan ragu untuk berbicara dengan orang yang tidak dikenal, gunakanlah trik yang mudah ini.

Teknik “ya, dan” ini merupakan cara yang biasanya digunakan oleh para aktor untuk membuat pembicaraan dapat terus mengalir. Contohnya, jika seseorang mengatakan, “Saya ingin bekerja di tempat yang lain.” Anda dapat menjawab dengan “ya, saya pun demikian, bahkan saya sudah diterima di perusahaan ritel terbesar." Dengan ini, maka pembicaraan pun akan mengalir dengan sendirinya. 

2. Aroma Tubuh yang Wangi
Tak ada seorangpun yang ingin bergaul dengan orang yang memiliki aroma tubuh yang tidak sedap. Oleh karena itu, Anda perlu menjaga kebersihan diri. Cukup menggunakan wewangian dengan harga yang terjangkau juga dapat menjaga tubuh Anda tetap wangi. Jangan lupa juga untuk selalu memakai deodorant.

3. Tahu Batas
Menentukan tujuan yang ingin diraih bisa meningkatkan rasa percaya diri. Jadi cobalah untuk menulis dalam daftar tujuan yang ingin dicapai. Cara ini bisa membantu Anda untuk meraihnya dengan bertahap. Namun, jika tujuan tersebut belum dapat tercapai, jangan sampai Anda berkecil hati. Untuk meraih mimpi butuh proses yang tidak instan, jadi bersabarlah, tahu batasan kemampuan dan tetap berusaha.

4. Berpakaian yang Rapi
Pilihlah pakaian yang pantas, rapi dan sesuai dengan Anda. Misalnya, memilih busana yang sopan serta diberi sentuhan warna yang sesuai dengan warna kulit Anda. 

5. Penampilan Sempurna
Apabila Anda memiliki rambut yang panjang, sebaiknya ikat rambut tersebut agar terlihat lebih rapi. Penggunaan make up juga dibiasakan untuk tidak terlalu berlebihan. Hal ini perlu dilakukan agar tampilan Anda bisa terlihat lebih sempurna.

6. Nutrisi Otak
Sebuah studi yang dilakukan Mc.Gill University menemukan bahwa orang yang terlalu banyak makan ayam, keju, serta kacang-kacangan dapat membuat dirinya lebih percaya diri. Mengapa bisa demikian? Itu karena makanan tersebut mengandung zat yang dapat membantu Anda menjadi rileks. Dengan begitu seseorang juga bisa menjadi lebih siap untuk menghadapi segala tantangan.

(rma/rma)





Sumber : http://wolipop.detik.com/

Rabu, 04 Juli 2012

Ini dia...Masker Tidur yang Bisa Memilih Mimpi


Sering mimpi buruk? Tak usah khawatir, sekarang ada masker tidur yang dirancang khusus sehingga kita bisa mengendalikan mimpi sesuai keinginan.
 
Nama masker ini adalah Remee, bentuknya seperti masker tidur biasa. Remee merupakan perangkat peningkat REM (rapid eye movement) yang bisa membantu penggunanya mengarahkan mimpinya sesuai pilihannya, mulai dari terbang hingga mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Remee merupakan buah pikiran Duncan Frazier dan Steve McGuigan yang mendirikan perusahaan Bitbanger Labs.
 
Proses kerjanya, saat dalam posisi REM, maka alat ini bekerja masuk alam mimpi dengan cara kilatan cahaya. Remee akan terus menunggu setidaknya sampai 2 jam saat kita benar-benar sudah dalam posisi REM yang dalam.
 
Uniknya, kita bisa menyadari kalau sedang bermimpi dan memutuskan apakah tetap melanjutkan atau berpindah ke sesi mimpi yang berbeda.
 
Frazier dan McGuigan mendapat dana dari situs kickstarter dengan target mendapat dana US$35 ribu (Rp326,7 juta). Pada pekan ini, ada lebih dari 6.550 orang menyumbang dan terkumpul US$572.891 (Rp5,3 miliar) untuk mendanai Remee.
 
Alat ini dijual seharga US$95 (Rp886 ribu) dan kini telah mendapat tujuh ribu pesanan dan kebanyakan berasal dari Australia, Italia dan Spanyol.


http://www.apakabardunia.com/

Kamis, 28 Juni 2012

Robot akan Dampingi Orang Sakratul Maut



Last Moment Robot (ist)
Jakarta - Tak ada yang tahu bagaimana rasanya saat sedang menghadapi sakratul maut. Namun seseorang punya ide gila membuat robot yang bisa mendampingi orang saat menjelang ajalnya.

Last Moment Robot, demikian robot itu diberi nama. Robot ini diciptakan oleh Dan Chen, ia seorang seniman, desainer, sekaligus insinyur lulusan Rhode Island School of Design, Amerika Serikat.

Pada demo yang direkamnya dalam bentuk video, tampak seorang partisipan wanita berbaring di kasur. Sementara itu, di sampingnya terdapat mesin kecil berwarna putih. Bagian tangan robot menempel pada lengan si wanita.

"Saya adalah Last Moment Robot. Saya di sini untuk membantu dan membimbing Anda melewati saat terakhir di Bumi. Sayang sekali keluarga dan teman Anda tidak bisa mendampingi Anda sekarang, tapi jangan takut," demikian kata si robot.

Dalam kalimatnya, si robot mencoba meyakinkan partisipan bahwa dia hadir untuk membuatnya nyaman. Si robot berupaya menghibur dengan mengatakan semua keluarga dan teman sangat menyayangi partisipan dan mereka akan mengenang kematiannya.

detikINET kutip dari Cnet, Senin (11/6/2012), Chen menciptakan mesin tersebut sebagai salah satu seri robot fungsional yag bisa menghidupkan kembali perilaku manusia. Last Moment Robot dibangunnya berdasarkan studi yang dia sebut Robotic Intimacy Technology (RIT). 


Sumber : http://inet.detik.com/