Rumah tradisional Betawi memperlihatkan pengaruh arsitektur luar, seperti Eropa, Cina, dan Arab. Hal ini terlihat dari bentuk pintu, jendela, lubang angin, dan ornamen lain.
Kendati demikian, bentuk arsitektur lokal juga tidak ditinggalkan,
salah satunya adalah bentuk rumah panggung atau rumah bukan panggung
yang lantainya dibuat lebih tinggi dari tanah.
Di sisi lain, tata ruang rumah Betawi juga mirip dengan rumah modern,
yakni memiliki ruang publik, ruang privat, dan area servis. Dalam rumah
Betawi, kawasan publik berada di teras depan (disebut amben); ruang
pribadi ada di tengah, dimana di dalamnya terdapat kamar (disebut
pangkeng); sementara ruang servis atau dapur disebut srondoyan.
Rumah Betawi memiliki struktur rangka dari kayu atau bambu, namun
seiring perkembangan zaman, rumah Betawi kini banyak dibangun dengan
dinding tembok. Demikian pula dengan lantai rumah, dulu hanya beralas
tanah, tetapi kemudian berkembang dengan menggunakan plesteran semen
atau tegel, hingga lantai keramik.
Ada pula konstruksi tangga yang dinamakan balaksuji. Namun, saat ini
balaksuji sudah jarang digunakan di rumah Betawi bukan panggung.
Ciri khas rumah Betawi bisa dilihat dari bentuk lisplang yang diberi
ornamen ‘gigi balang’, yakni papan kayu yang dibentuk dengan ornamen
segitiga berjajar.
Bagian depan rumah memiliki teras terbuka yang dikelilingi pagar
rendah terbuat dari kayu. Di sinilah, biasanya pemilik rumah menjamu
tamu yang datang bertandang.Dinding bagian depan rumah biasanya bisa dibongkar-pasang (knockdown) yang memberikan ruang lebih luas, terutama jika pemilik rumah sedang menyelenggarakan hajatan.
Bagian tengah rumah yang digunakan untuk kamar tidur, ruang makan, dapur, dan kamar mandi, masing-masing dibatasi dinding kayu tertutup dan beberapa jendela untuk ventilasi udara. Umumnya, pintu dan jendela menggunakan bilah-bilah papan (disebut jalusi atau krepyak) yang bisa memperlancar sirkulasi udara di dalam ruangan.
Sumber : http://blog.rumah.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar