Pupuk Dasar berfungsi terhadap reaksi pH tanah (kesuburan tanah) yang sangat menentukan efisiensi pemupukan. Secara umum tanah-tanah di Indonesia bereaksi masam. Untuk itu, peran pupuk dasar sangat penting untuk perkembangan akar sehingga mempu menyerap hara dalam tanah.(IFDC, 1987. Fertilizer Manual. International Fertilizer Development Centre. United Nation Industrial Development Organization)
Reaksi tanah berdaya pengaruh langsung dan tak langsung terhadap perkembangan tanaman. Daya pengaruh langsung ialah pengendalian ketersediaan hara tumbuhan dan kegiatan jasad renik tanah.
Pupuk Makro
- 1. Pupuk Urea
- 2. Pupuk Phospat (TSP, SP-36, CiRP, RP dan lainnya)
Rendahnya kadar sulfur (S) di dalam tanah disebabkan oleh penyerapan tanaman yang tinggi, rendahnya kadar sulfur di dalam pupuk yang selama ini dipakai oleh petani kelapa sawit dan rendahnya kemampuan tanah dalam menyediakan sulfur. Sulfur diperlukan dalam jumlah yang tinggi sesudah nitrogen karena kelapa sawit termasuk tanaman yang bijinya menghasilkan minyak (oil seed). Semua tanaman jenis ini memerlukan sulfur dalam jumlah yang banyak untuk pembentukan asam amino dalam menghasilkan protein nabati yang terkandung di dalam minyak sawit (Kamprath dan Till, 1983).
Pupuk yang dipakai oleh petani mengandung sulfur yang sangat rendah sehingga kontribusinya dalam menyediakan sulfur juga rendah. Sedangkan kadar sulfur di dalam tanah kering masam yang jauh dari lokasi industri termasuk sangat rendah-rendah (masih <250 ppm) karena sumbangan dari udara, dan air hujan rendah (<5 kg ha-1 tahun-1) (Gupta dan Dubey, 1998).
- 3. Pupuk MOP (KCL)
Untuk kasus kalium, kadarnya yang rendah dimungkinkan oleh tingginya kebutuhan kelapa sawit akan kalium sehingga terjadi penyerapan yang melebihi unsur hara lainnya. Hal ini dilaporkan oleh Moody et al. (2002) bahwa untuk menghasilkan sebanyak 27 ton TBS, kelapa sawit memerlukan kalium tertinggi sebanyak 257 kg, diikuti oleh nitrogen, sulfur, magnesium, kalsium, dan fosfor, masing-masing sebanyak 190, 60, 54, 43, dan 26 kg.
Pupuk Mikro
Unsur hara mikro sangat dibutuhkan tanaman sekalipun dalam jumlah yang kecil. Manakala tanaman kekurangan satu atau lebih unsur hara mikro maka akan terjadi gejala yang tidak baik dalam pertumbuhannya. Sebagai contoh jika tanaman kekurangan tembaga (Cu) menyebabkan ujung daun menjadi layu bahkan menyebabkan klorosis. Sedangkan kekurangan Seng (Zn) menyebabkan daun menjadi kekuning-kuningan atau kemerahan. Yang termasuk unsur hara mkro adalah Besi (Fe) Seng (Zn) Tembaga (Cu) Mangan (Mn) Boron (B) dan Molipden (Mo). Peranan unsur hara mikro sangat penting dalam mengaktifkan kinerja enzim dalam berbagai konsep fisiologis yang berlangsung pada tanaman. (Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Islam Sumatera Utara. Medan)
Slow Release
Pupuk slow release adalah pupuk yang mampu melepas unsur hara secara lambat dengan volume pelepasan mendekati kapasitas akar tanaman dalam menyerap unsur hara, tetapi berlangsung dalam waktu yang lebih lama sehingga mengurangi kehilangan unsur ke lingkungan. Taylor (2002). Disisi lain, sifat pupuk slow release adalah adanya pengurangan kebutuhan yang diperlukan petani karena dosis pemupukan optimum menurun. Pengurangan kebutuhan pupuk ini sangat berkaitan dengan efisiensi pemupukan yang semakin meningkat serta menurunnya kehilangan pupuk melalui penguapan, erosi, aliran permukaan dan pencucian.
Sumber : http://plact.wordpress.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar