Diambil dari buku berjudul “101 Kisah Bermakna dari Negeri China”.
Ini adalah cerita rakyat China yang cukup kesohor. Seseorang pernah
menceritakan kepada saya dan saya sudah mencari data mengenai kisah ini.
Hasilnya, tidak ditemukan pengarangnya dan banyak sekali versinya,
tetapi dengan inti yang sama. Kisahnya sebagai berikut :
Ada seorang lelaki tua yang hidup bersama seorang anak laki-lakinya
dan seekor kuda jantan. Lelaki tua itu bernama Zhou (umumnya cerita
tidak menyebutkan nama kakek itu). Suatu hari anaknya pergi menunggang
kuda, seperti yang biasa dilakukannya. Namun kali ini ketika siang hari
anaknya istirahat sebentar, kuda itu hilang. Pulanglah anaknya ke rumah
dengan raut muka muram karena sedih kehilangan kuda kesayangannya. Kuda
itu sudah seperti sahabatnya karena setiap hari mereka pergi bersama.
Orang-orang di desa itu ingin menghibur kakek Zhou. “Tuan Zhou, kami
ikut bersedih karena anda kehilangan kuda kesayangan dan satu-satunya
harta berharga kalian,” demikianlah salah satu ungkapan seorang tetangga
mereka yang senada dengan orang-orang lain yang juga datang menghibur
kakek Zhou.
Kakek Zhou pun menjawab, “Saya belum tahu sekarang apakah kehilangan
kuda merupakan suatu kerugian besar atau malah sebaliknya. Saya
berterima kasih atas simpati kalian, tetapi saya tidak bisa memutuskan
apakah ini peristiwa yang mendatangkan dukacita bagi kami atau malah
sebaliknya.”
Jawaban kakek Zhou terdengar aneh bagi sebagian besar warga desa.
Namun mereka menyimpan perkataan itu dalam hati sambil menunggu apa
sebenarnya maksud kakek Zhou mengucapkan perkataan seperti itu.
Beberapa bulan kemudian kuda yang hilang itu kembali dan membawa
kuda-kuda lain yang bagus-bagus. Terdengar suara gemuruh segerombolan
kuda melintas jalan utama di desa itu, membuat semua orang di desa
segera mengetahui bahwa kuda yang dulu hilang kini telah kembali, bahkan
membawa kuda-kuda lain yang bagus- bagus. Kejadian ini membuat warga
desa segera memperbincangkan jawaban kakek Zhou beberapa waktu lalu.
Mereka pun berpendapat bahwa kakek Zhou sungguh bijaksana. Mereka lalu
berbondong-bondong ingin mengucapkan selamat atas kembalinya kuda yang
hilang itu, selamat atas kuda-kuda yang baru dan selamat bahwa jawaban
kakek Zhou yang dulu mengatakan bahwa kuda yang hilang belum tentu
merupakan kesialan terbukti benar adanya.
Kakek Zhou pun tersenyum atas ketulusan hati mereka. Ia tersenyum
karena warga desanya rukun. “Wah, kakek Zhou sungguh benar dan juga
beruntung !” demikian salah seorang mengucapkan selamat kepada kakek
Zhou. Kakek Zhou pun menjawab, “Saya tidak tahu sekarang, apakah kuda
kami kembali serta membawa kuda-kuda lain ke rumah kami merupakan suatu
keuntungan dan sukacita atau sebaliknya. Terima kasih buat simpati
kalian, tetapi sungguh peristiwa ini belum bisa dikatakan sebagai
keuntungan atau sebaliknya. Sungguh saya belum tahu sekarang.”
Sekali lagi warga desa terkejut atas ungkapan kakek Zhou yang
terkesan tidak bisa dimengerti. Namun, karena kerukunan yang baik
diantara mereka, mereka pun hanya menyimpannya dalam hati.
Anak laki-laki kakek Zhou sangat bersuka cita atas kembalinya kuda
kesayangannya, apalagi kini ia memiliki banyak kuda yang bagus-bagus.
Situasi ini membuat ia ingin sekali mengendarai semua kuda yang
dimilikinya. Maka ia pun memiliki hobi baru, yakni menunggang kuda. Kali
ini ia menunggang dengan berganti-ganti kuda. Suatu hari ada seekor
kuda yang tidak bersahabat, kuda itu pun meronta-ronta saat ditunggangi
dan akhirnya melemparkan anak laki-laki kakek Zhou itu ke tanah. Ketika
jatuh, ia menjerit kesakitan. Ternyata tulang kakinya patah. Kini ia
harus memakai tongkat saat berjalan. Sungguh menyedihkan untuk seorang
pemuda.
Orang-orang di desa pun berbondong-bondong datang untuk menyatakan
empati mereka. Apalagi, sekali lagi, ucapak kakek Zhou sungguh terbukti.
Kuda yang kembali beserta dengan kuda-kuda lain yang datang belum tentu
merupakan keuntungan. Itulah yang ada dipikiran mereka. “Kakek Zhou,
kami ikut sedih karena anak kakek sekarang patah kaki. Ia pasti sedih
dan terpukul sekali,” demikian ungkapan salah seorang warga desa.
Kakek Zhou sejenak ikut sedih, tetapi segera ia menguasai diri dan
dengan tenang berkata, “Terima kasih, kalian semua sungguh baik terhadap
kami, tetapi saya ingin katakan bahwa patahnya kaki anak saya apakah
merupakan suatu malapetaka dan membawa kesedihan bagi kami atau malah
sebaliknya, sungguh saya tidak tahu.”
Lagi-lagi jawaban kakek Zhou terdengar anah, tetapi kali ini mereka
tidak terlalu terkejut. Karena itu, mereka pun menantikan apa sebenarnya
yang akan terjadi kelak pada kakek Zhou dan anaknya.
Kini di desa itu anak kakek Zhou adalah satu-satunya anak laki-laki
yang pincang dan harus menggunakan tongkat saat berjalan. Mungkin
sekali, kendati bisa sembuh, ia akan pincang selamanya. Tak lama setelah
itu, keadaan negara sangat genting dan utusan kerajaan datang ke desa
dan memerintahkan kepada semua pemuda di desa itu untuk bertugas membela
negara. Mereka harus pergi berlatih dan terjun ke medan perang. Para
pemuda desa pun pergi dengan bangga bahwa mereka termasuk orang-orang
pilihan.
Mengetahui hal ini, anak laki-laki kakek Zhou sangat sedih. Warga
desa pun datang dan memberikan penghiburan buat kakek Zhou dan anaknya.
Kakek Zhou pun berpendapat bahwa tidak perginya anak laki-lakinya belum
tentu merupakan hal yang menyedihkan. Tak lama setelah para pemuda itu
pergi ke medan perang, datang utusan kerajaan ke desa tersebut. Para
warga desa pun berkumpul sambil menantikan pengumuman yang akan
disampaikan. Akhirnya sang utusan menyampaikan bahwa semua pemuda desa
tersebut gugur di medan perang. Dan kini di desa tersebut hanya tersisa
satu pemuda, yaitu anak laki-laki kakek Zhou yang pincang.
Mutiara Hikmat :
Cerita ini mengajarkan untuk tidak terlalu berdukacita saat
kemalangan terjadi dan tidak terlalu bersukacita ketika keuntungan
datang. Semua tidak bisa dinilai pada saat kemalangan atau keuntungan
itu terjadi. Karena barangkali akan datang kemalangan seusai menerima
keuntungan atau sebaliknya barangkali ada hal baik yang bisa diterima
saat kemalangan itu datang. Sikap kakek Zhou menggambarkan sikap yang
ideal untuk menghadapi keberuntungan atau kemalangan hidup.
Sumber : http://www.xuezhengdao.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar