Dewasa ini diberbagai pusat perbelanjaan
dan perkantoran di kota metropolitan Tokyo semakin banyak orang
mempergunakan Ionizer (mesin penghasil ion). Ionizer, yang dengan ion
negatif yang dihasilkannya dapat dipergunakan untuk membersihkan udara
sekaligus menjadikan udara terasa segar walaupun kita berada di tengah
pusat kota Tokyo yang penuh dengan berbagai polusi udara.
Saat
ini di Jepang pemanfaatan ion negatif sebagai sarana untuk membersihkan
udara dalam ruangan meningkat sangat pesat. Menurut JEMA (Japan
Electrical Manufacturers Association), penjualan peralatan air cleaner
yang dilengkapi dengan ionizer pada tahun 2001 meningkat hamper 50 %
dibandingkan pada tahun sebelumnya. Hal ini diperkirakan akan terus
meningkat pada tahun-tahun berikutnya.
Pesatnya penjualan air
cleaner ini sebenarnya tidak terlepas dari propaganda ion negatif yang
dikabarkan selain dapat membersihkan udara dan juga baik untuk
kesehatan, ion negatif juga bermanfaat dalam membunuh virus dan bakteri
yang ada di udara sekitar kita.
Namun benarkah ion negatif itu baik untuk kesehatan?. Menurut Professor Itaru Yasui dari Tokyo University, kemampuan ion negatif untuk membunuh virus dan bakteri menunjukkan bahwa ion negatif justru berbahaya bagi kesehatan manusia.
Ion negatif
Namun benarkah ion negatif itu baik untuk kesehatan?. Menurut Professor Itaru Yasui dari Tokyo University, kemampuan ion negatif untuk membunuh virus dan bakteri menunjukkan bahwa ion negatif justru berbahaya bagi kesehatan manusia.
Ion negatif
Sebuah atom atau molekul disebut ion, apabila dari kondisi yang stabil
atom atau molekul tersebut melepaskan atau menangkap sebuah elektron.
Ion diketemukan pertama kali oleh fisikawan Jerman, Julius Elster dan
Hans Friedrich Geitel pada tahun 1899. Ion dikatakan sebagai ion positif
atau negatif tergantung dari jumlah elektron dan proton yang
dimilikinya. Ion negatif adalah ion yang memiliki jumlah elektron lebih
banyak dari jumlah proton, sedangkan ion positif adalah sebaliknya.
Udara disekitar kita mengandung banyak ion positif dan negatif. Ion-ion
ini terbentuk secara alamiah akibat radiasi dari sinar kosmik,
gelombang elektromagnetik, sinar matahari, cahaya lampu, air terjun dan
lain sebagainya. Saat udara cerah konsentrasi ion negatif diluar
gedung atau bangunan adalah sekitar 200-800 per cm3, sedangkan ion positif konsentrasinya sekitar 250-1500 per cm3. Di dalam ruangan ion-ion tersebut diketemukan dalam konsentrasi lebih rendah.
Ion negatif yang terbentuk di udara akibat radiasi alamiah tersebut sebagian besar adalah oksigen ion (O2-), karbon trioksida ion (CO3-), nitrogen dioksida ion (NO2-) dan nitrogen trioksida ion (NO3-).
Ion-ion negatif ini didapati berada dalam keadaan stabil di udara
dengan cara berikatan dengan molekul air disekitarnya. Itulah sebabnya
mengapa ion-ion negatif banyak kita dapatkan pada waktu hujan turun
atau disekitar air terjun dengan kandungan konsentrasi ion negatifnya
bisa mencapai 10.000-20.000 per cm3.
Sedangkan
konsentrasi ion negatif di daerah perkotaan sangat rendah. Hal ini
dikarenakan udara perkotaan sarat dengan polusi dari berbagai asap
industri dan kendaraan bermotor yang banyak mengandung gas serta
partikel (sampah udara) yang umumnya bermuatan positif. Gas dan
partikel tersebut antara lain, Nitrogen monooksida (NO), Ammonium ion
(NH4+), Asetaldehid (CH3CHO), Asam asetat (CH3COOH).
Gas dan partikel ini sangat mudah bereaksi dengan ion negatif yang
terbentuk secara alamiah di udara. Akibatnya kandungan konsentrasi ion
negatif di daerah perkotaan sangat rendah sekitar 100-200 per cm3.
Ion negatif dan kesehatan
Berbagai penelitian tentang hubungan dari ion negatif dan kesehatan
telah dilakukan sejak sejak satu abad yang lalu. Penelitian banyak
dilakukan terutama di negara Jerman dan Rusia. Pada tahun 1919
fisikawan Rusia A. L. Tchijevsky pertama kalinya berhasil menjelaskan
tentang aksi biologi dan fisika dari unipolar ion. Keberhasilan ini
dilanjutkan Tchijevsky dengan konsep ionisasi udara dalam proses
pengobatan dibidang kedokteran dengan menciptakan ionizer bertegangan
tinggi yang dikenal dengan nama Lustre (1930), dan mendemonstrasikan
efek biologi dan medikal dari ion negatif pada pernapasan hewan dan
pasien hipertensi serta asma.
Mekanisme efek biologi dan medikal
dari ion negatif baru dijelaskan kemudian oleh A. P. Krueger dari
Jerman pada tahun 1960. Krueger menjelaskan bahwa dengan menghirup ion
negatif dapat menurunkan kandungan level serotonin dalam darah.
Serotonin adalah sejenis hormon saraf yang bersifat depresan, yang
dimana kelebihan serotonin dapat mengakibatkan mental depresi dan juga
dapat menimbulkan penyempitan pada saluran pernapasan. Hal ini
dibuktikan juga oleh Sulman dengan melalui percobaan terhadap para
pasien yang terkena angin Sharaf atau Hamsin yang mengalami peningkatan
serotonin 1000 kali lipat dari orang biasa, dan sembuh setelah melalui
terapi ion negatif (1974).
Untuk mengetahui lebih lanjut efek
dari ion negatif terhadap serotonin tersebut, Professor Tomoo Ryusi
dari Tokyo Metropolitan University mengadakan percobaan terhadap 10
orang atlit sepeda. Ryusi mencoba mengamati kandungan serotonin dalam
darah yang meningkat setelah melakukan olah raga sepeda selama 60
menit. Dari data yang didapat diketahui bahwa, bagi para atlit yang
beristirahat di ruangan yang mengandung ion negatif 10.000 per cm3
didapati kandungan serotonin menurun hingga 50% dalam waktu 30 menit.
Sedangkan para atlit diruangan yang hanya mengandung negatif ion 200-400
per cm3 kandungan serotonin justru bertambah banyak. Para atlit merasa lebih rileks di ruangan yang banyak mengandung ion negatif.
Disisi lain ion negatif juga diketahui berguna untuk menetralkan
Superoksida. Superoksida dalam darah yang sebenarnya berfungsi untuk
membunuh mikroorganisma dalam tubuh manusia, terkadang justru
sebaliknya malah dapat merusak sel-sel dalam tubuh apabila kadar
konsentrasinya terlalu tinggi (I. Fridovich, 1960). Sedangkan dengan
adanya ion negatif akan dapat menambah jumlah enzim SOD (superoksida
dismutase) yang berfungsi untuk mengurangi kadar superoksida dalam
darah.
Ion negatif dan sterilisasi
Selain berguna bagi
kesehatan tidak sedikit data-data yang menunjukkan bahwa ion negatif
dapat juga dipergunakan untuk sterilisasi virus serta bakteri.
Diantaranya ion negatif dapat membunuh bakteri E.Coli (K. H. Kingdon,
1960), Micrococcus Pyogenes dan virus Influenza (A. P. Krueger, 1976).
Baik Kindon maupun Krueger mempergunakan konsentrasi ion negatif
sebanyak 50.000-5.000.000 per cm3 dalam berbagai eksperimennya tersebut.
Selanjutnya mekanisme dari proses membunuh bakteri ini dijelaskan oleh
N. I Goldstein (1992) sebagai berikut, reaksi dari dua buah ion negatif
O2- dan dua buah ion positif H+dapat menghasilkan Hydrogen
peroksida. Hydrogen peroksida dikenal memiliki energi potensial yang
tinggi dan mampu untuk membunuh virus dan bakteri. Lebih lanjut H.
Nojima dari Sharp Corp. (2002) menjelaskan reaksi dari ion negatif
dalam membunuh bakteri E.Coli. Menurut Nojima pembentukan Hydrogen
peroksida terjadi pada lapisan luar sel bakteri E.Coli, untuk kemudian
merusak lapisan sel tersebut sekaligus membunuhnya.
Kesimpulan
Secara alamiah ion negatif banyak didapatkan di sekeliling kita, dan
secara alamiah pula tubuh kita membutuhkan keberadaan ion negatif untuk
menjaga kesetabilan serotonin dalam tubuh. Namun dikarenakan banyaknya
polusi udara yang terjadi terutama di daerah perkotaan mengakibatkan
konsentrasi dari ion negatif diperkotaan sangat sedikit, sehingga kita
mudah mengalami stress dan sesak napas akibat polusi udara tersebut.
Untuk itu kita memerlukan peralatan seperti halnya pembangkit ion
negatif, ionizer, untuk mengantikan ion negatif yang hilang akibat
polusi tersebut.
Namun didalam penggunaan ionizer ini kita perlu
memperhatikan kadar konsentrasi dari ion negatif yang dipergunakan. Hal
ini mengingat konsentrasi ion negatif yang kita butuhkan adalah
sekitar 1000-5000 per cm3. Sedangkan pemakaian ionizer yang
berlebihan akan dapat membawa efek yang buruk, apalagi ion negatif pada
konsentrasi tinggi (50.000-5.000.000 per cm3) diketahui
dapat membunuh makhluk hidup seperti virus dan bakteri. Maka tidak
mustahil ion negatif dapat berakibat buruk bagi kesehatan tubuh kita.
Adalah lebih baik kalau kita menggantikan ion negatif yang hilang
dengan sekali seminggu bertamasya bersama keluarga ke puncak atau ke
daerah yang masih jarang tingkat polusinya.
——–
Oleh Dr. Anto Tri Sugiarto, Pengamat iptek dan Peneliti pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dengan spesialisasi pada plasma Teknologi
Oleh Dr. Anto Tri Sugiarto, Pengamat iptek dan Peneliti pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dengan spesialisasi pada plasma Teknologi
Sumber : http://www.chem-is-try.org/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar